Rasanya terlalu singkat waktu berguru pada beliau. Belum cukup waktu untuk belajar tentang banyak hal pada beliau.
Nasab beliau gilang gemilang, di darahnya mengalir keturunan ulama pejuang Guru Mughni Kuningan, seorang tokoh ulama Betawi kenamaan era akhir 1800 dan awal 1900-an. Jika kita melewati jalan gatot subroto dan ada masjid besar nan cantik disitulah Masjid Al Mughni dimana beliau dan keluarganya berkhidmah. Kepakaran dan kealiman beliau terutama berkaitan dengan ilmu hadits demikian menonjol. Tapi bukan hanya itu, beliau juga giat mempromosikan ilmu hadits dan kepustakaan Islam lewat dunia digital di Pusat Kajian Hadits. Hari ini kita dapat men-download ribuan kitab dari pustaka digital tersebut. Beliau adalah guru kami di BAZNAS (BAZIS) DKI Jakarta, beliaulah KH DR. Ahmad Luthfi Fathullah MA.
Kesempatan saya untuk nyantri pada beliau datang tatkala kami dilantik menjadi Pimpinan BAZNAS (BAZIS) DKI JAKARTA. dimana beliau menjadi Ketua dan saya menjadi Wakil Ketua II Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan. Usia kami sebenarnya tak berselisih jauh tapi ketinggian ilmu beliau itulah yang membuat saya selalu meletakkan beliau lebih sebagai Kyai meskipun secara professional beliau adalah pimpinan saya.
Beliau adalah putra Betawi, yang bangga dan cinta terhadap Jakarta dan warga Jakarta. Komitmen beliau terhadap orang orang miskin yang membutuhkan uluran tangan tak perlu diragukan bahkan jika dirasa menggunakan lembaga cukup lama maka tak segan beliau menggunakan uang sendiri untuk membantu.
Beliau selain orang yang menyatu antara kata dan tindakan yang menonjol adalah beliau orang yang penuh dengan ide dan sangat cepat untuk merealisasikan ide tersebut. Seminggu setelah kami di lantik beliau datang dengan ide memberi mesin elektronik kepada ojek sepeda di kota tua. Mungkin suara kriet-kriet yang keluar dari sepeda tua yang dikayuh para abang-abang yang sudah tua pula itu yang membuat beliau tergerak, lalu kami membuatkan mesin pada sepeda-sepeda tua tersebut, dan mendesain ulang sehingga tetap kelihatan heritage meski tak lagi di kayuh, tapi dijalankan dengan mesin elektronik bertenaga baterai. Lalu kami membuat kelembagaan sosial mereka dan menamai komunitas tersebut dengan OOJAK (Ojek Onthel Jakarta).
Jakarta adalah kota yang memiliki kerawanan terhadap bencana yakni kebakaran dan banjir, beliau ingin agar Baznas Bazis hadir membersamai mereka yang terkena bencana tersebut, membantu mereka dan memastikan kebutuhan dasar mereka terpenuhi. Maka lahirlah BTB (BAZNAS BAZIS Tanggap Bencana) dan kemudian LAB (Layanan Aktif Baznas) yang melayani, mendatangi para Dhuafa.
“Kalian harus jadi Umar-Umar, yang memastikan tidak ada orang yang kelaparan di Jakarta” begitu pesannya. Pasukan BTB dan LAB kami begitu padu, begitu solid sebagian besarnya karena beliau sering turun langsung memimpin mereka.
Ketika Covid melanda, beliau gundah karena sebagian dari guru ngaji berkurang atau bahkan sama sekali tak mendapatkan pemasukan padahal mereka mereka ini harusnya terjaga marwahnya, maka kemudian lahirlah santunan untuk para aktivis dakwah.
Terakhir saya dipertemukan Allah dengan beliau adalah tatkala kami menyerah terimakan rumah-rumah di kampung Melayu yang telah selesai dilakukan “Bedah Kawasan” Dan hari itu kami melakukan “Tasyakuran Slametan Rume” Untuk mensyukuri rumah yang telah dapat dihuni.
Kampung Melayu adalah daerah langganan banjir maka kemudian di konsep lah kampung rumah panggung yang telah mendapatkan respon positif dari para warga masyarakat penghuni serta para ahli tata ruang. Gagasan tentang Bedah Kawasan ini terinspirasi dari gagasan beliau yang dilontarkan pada forum FOZ justru sebelum beliau menjadi ketua Baznas Bazis, beliau menyampaikan untuk membuat kampung zakat atau kawasan zakat.