Artinya, tanpa peran perempuan untuk mempersiapkan generasi penerus, akan menjadi timpang dan kurang terpadu. Konsep pendekatan keluarga dan humanisme (kemanusiaan), menjadi sistem edukasi pembelajaran yang cukup efektif.
Hanya saja kelemahannya, konsep tujuan kurikulum secara nasional kurang terintegrasi secara maksimal, dimana peserta didik juga membutuhkan sosialisasi lingkungan formal dengan pola tatap muka langsung.
Bagaimana peran perempuan yang begitu terbatas, menjadi penggerak yang setara dalam pendidikan maju, adalah momentum kebangkitan pendidikan di masa lampau.
Saat orang terperangkap dalam pemikiran dan budaya paternalistis (sistem kepemimpinan), seorang pejuang seperti Kartini hadir dan mengikis ego dan sentralitas kaum laki-laki. Ini mungkin dinamikanya sudah beda, dengan tantangan masa kini yang lebih kompleks, tetapi menjaga nilai-nilai bahasa ibu juga bisa dikatakan berbanding lurus dengan menjaga ekosistem budaya.
Dalam dimensi pendidikan abad ke-21, tantangan yang terberat adalah melepaskan diri dari kondisi global yang dihadapkan pada persoalan pandemi berkepanjangan.
Sementara laju perkembangan dan kemajuan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) begitu drastis dan memunculkan tantangan-tantangan baru. Ada sedikit riset, bahwa makin majunya dunia digitalisasi maka penguasaan literasi bahasa juga semakin sulit. Artinya, ini bukan hanya tantangan dunia pendidikan tetapi sudah menjadi tantangan bangsa.
Mengulik pemikiran yang lebih luas, pemikiran klasik dan ortodoksi pada masa pergerakan perjuangan kemerdekaan bangsa dan negara, adalah bentuk kontradiktif pendidikan dalam melepaskan ikatan kapitalis, yang nyata-nyata sangat merugikan bangsa dan negara.
Bagaimana pemikiran klasik yang membatasi entitas (wujud) pemikiran bersih adalah bentuk yang secara tidak tertulis, semata-mata untuk menguatkan otoriter politik penjajah.
Kalau kita meminjam istilah bijak, tentunya saat ini tidak ada lagi pemikiran “menjadi asing di negeri sendiri” bagi kaum perempuan, karena sudah terlepas dari fase penindasan klasik di masa lampau (penjajahan). Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi tantangan terkini yang harus dijawab demi menyelamatkan generasi bangsa di masa datang.
Ruang kontemplasi nalar dan pemikiran yang begitu kuat dan drastis saat ini melalui informasi berbasis teknologi, juga harus dipikirkan dan jika bisa menjangkau lapisan masyarakat terbawah, termasuk kaum perempuan. Ini agar informasi akurat dan benar menjadi sistem dan pola penguatan dalam mendidik keluarga. Salah satunya, untuk memberikan penguatan kaum perempuan dalam menangkal isu-isu radikalisme dan terorisme.