Watak dalam teater menjadi tantangan tersulit bagi pemain teater, bagaimana aktor membawakan karakter tokoh sesuai dengan watak yang digambarkan
BAGIAN tersulit bagi sutradara sekaligus tantangan bagi pemain teater ialah menghidupkan watak. Bagaimana aktor mampu membawakan karakter tokoh pada permainannya sesuai dengan watak yang digambarkan dalam satu lakon sandiwara.
Di sini teknik keaktoran bagi seorang pemain harus telah selesai atau sudah dikuasai. Sebagaimana menurut Rendra: teknik dipelajari untuk dilupakan. Dialog tidak boleh hanya berhenti pada hafalan secara tekstual, tapi harus sudah ngelotok dan menjadi miliknya.
Lalu bagaimana andai Anda mesti memainkan peran yang di luar sifat atau pembawaan Anda. Dalam film Tootsie aktor Dustin Hoffman bahkan harus memainkan peran wanita, dan ia berhasil membawakannya tanpa terpeleset menjadi “maaf — kewariaan”.
Tentu ini butuh latihan secara disiplin dan observasi yang dalam dari sosok yang dipinjam sebagai ingatan yang mendarah daging dalam keseharian hingga ke atas panggung atau kamera.
Sunarti Rendra pernah berhasil memainkan peran Ophelia dalam lakon Hamlet. Tapi karena latihan dan observasi yang terlalu mendalam, usai pementasan sifat Sunarti jadi tertutup oleh watak dan pembawaan Ophelia.
Tentu hal ini tidak boleh terjadi, pada teater mahasiswa yang akan mementaskan naskah saya “Sri Panggung”. Akan celaka kalau pemeran Sri jadi terus hidup sebagai primadona panggung ketoprak dan lupa bahwa dirinya seorang mahasiswa. [Luk]