ARUS devisa karena transaksi internasional Indonesia selama tiga triwulan tahun 2022 tercatat keluar atau defisit sebesar US$732 juta. Besar kemungkinan defisitnya melebar hingga lebih dari US$1 miliar sampai dengan akhir tahun nanti. Defisit berpotensi berlanjut pada tahun 2023.
Sebagai catatan, selama periode tahun 1981-2021 dialami surplus sebanyak 30 kali. Sedangkan defisit hanya terjadi sebanyak 11 kali. Kebanyakan tahun yang surplus bernilai cukup besar, sedangkan yang defisit tidak terlampau besar.
Transaksi internasional Indonesia dengan pihak asing pada dasarnya terdiri dari dua kelompok besar. Pertama, perdagangan barang dan jasa dalam arti luas, yang dicatat dalam Transaksi Berlajalan oleh Bank Indonesia. Kedua, transaksi berupa investasi dan utang piutang, yang dicatat dalam Transaksi Modal dan Transaksi Finansial. Oleh karena Transaksi Modal terbilang sangat kecil, maka fokus analisis kelompok kedua ini hanya pada Transaksi Finansial.
Perdagangan barang dan jasa yang dicatat dalam Transaksi Berjalan selama tiga triwulan tahun 2022 tercatat surplus sebesar US$8,98 miliar. Berpotensi mencatatkan rekor surplus terbesar hingga akhir tahun nanti. Padahal, sejak tahun 2012 hingga 2020 selalu mengalami defisit. Surplus memang telah mulai dialami pada tahun 2021, yaitu sebesar US$3,46 miliar.
Hal itu terutama ditopang oleh neraca perdagangan barang yang terus mengalami surplus selama dua tahun terakhir. Salah satu faktor utama adalah tingginya harga komoditas yang dapat diekspor Indonesia, serta permintaan yang cukup kuat dari negara mitra dagang. Antara lain berupa batubara, kokas, briket, dan bijih logam.
Defisit Transaksi Finansial
Hal sebaliknya terjadi pada transaksi investasi dan utang piutang yang tercatat pada neraca Transaksi Finansial. Transaksi Finansial mencatatkan arus neto keluar atau defisit hingga US$9,22 miliar selama tiga triwulan tahun 2022. Ada kemungkinan akan mencatatkan rekor defisit terlebar hingga akhir tahun nanti.
Padahal, transaksi jenis ini cenderung membukukan arus masuk bersih atau surplus selama bertahun-tahun, dengan nilai berfluktuasi. Pada tahun 2020 dan 2021 ketika dialami pandemi covid-19, kecenderungan tersebut masih terjadi, meskipun dengan arus masuk bersih yang jauh lebih sedikit.
Dilhat dari jenisnya, Transaksi finansial terdiri dari investasi langsung, investasi portofolio, dan investasi lainnya. Investasi langsung antara lain berupa pendirian usaha, perluasan usaha, pembelian seluruh atau sebagian usaha untuk ikut mengendalikan.
Investasi portofolio antara lain berupa saham, obligasi korporasi, dan Surat Berharga Negara. Investor portofolio cenderung lebih bersifat spekulatif dibanding investasi langsung, karena tidak memiliki pengaruh yang cukup dalam perusahaan tempatnya berinvestasi. Investor portofolio terutama menimbang keamanan investasi, kemungkinan apresiasi nilainya, dan imbal hasil yang diperoleh.
Investasi Lainnya antara lain berupa utang dagang, pinjaman, serta simpanan di Bank atau lembaga keuangan. Dalam hal berupa simpanan, terdapat karakteristik spekulatif seperti investasi portfolio. Jika kondisi atau keadaan berubah cepat, keduanya dapat dengan mudah menggeser investasi mereka ke wilayah atau negara lain.
Hal itu tampak pada data Transaksi Finansial selama tiga triwulan tahun 2022. Investasi Langsung masih berupa arus masuk neto dengan nilai yang cukup stabil atau setara tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan Investasi Portfolio tercatat neto keluar, padahal biasanya bersifat arus masuk. Dalam hal Investasi Lainnya, arus neto keluar sebagaimana biasanya, namun dalam nilai yang jauh lebih besar.