Sekira digambar, umat manusia itu berada persis di antara semesta alam dan Tuhan. Terhadap alam semesta, manusia adalah rupa Tuhan yang mengatur proses tumbuh kembangnya, meneliti muatan yang dikandung di dalamnya, dan seterusnya dan sebagainya. Kepada Tuhan, manusia adalah hamba-Nya, pesuruh yang mendapat mandat dari warga semesta, mengadukan segala kebutuhan buat kelangsungan hidup dan keberadaan mereka.
Mnusia macam wasit yang berdiri persis di tengah antara Tuhan dan semesta raya. Berada melayani Tuhan sekaligus kebutuhan semesta. Pelayanan Tuhan berupa kelangsungan hidup seluruh makhluk ciptaan-Nya. Menunaikan hak Tuhan adalah berkesadaran semesta, menjadi wakil-Nya, meluluskan doa-doa semesta. Saban hari, kita sirami pot-pot bunga di depan rumah, yang seolah mereka memohon kehausan, Memberi makan secukupnya pada hewan ternak yang jadi tanggungan kita. Mengulur rupiah pada setiap peminta yang mengetuk pintu rumah kita.
Singkat kata, kita bersedia menyingsingkan lengan baju kepada apa dan siapa saja yang butuh uluran pertolongan. Siap menyisihkan apa saja yang kita miliki. Berlebih harta, menyisihkan harta untuk yang kekurangan. Berlebih ilmu, menularkan pengetahuannya buat yang lain. Berlimpah tenaga, selalu siap mengulurkan tenaga bantuan demi kelangsungan stabilitas hidup pihak lain, dan begitu seterusnya.
Walhasil, memaksimalkan akal sehat sama artinya memompa kesadaran bahwa ada perintah Tuhan di balik kenyataan, yakni menunaikan hak warga semesta raya.