”Sarimin pergi ke pasar! Ronggeng monyet dimulai. Kanak-kanak tertawa. tapi Sarimin bingung.”
SIFAT azali kesenian adalah keindahan. Begitupun puisi manifestasi dari keindahan. Keindahan puisi bukan sekadar bahasa yang diindah-indahkan. Melalui Sarimin inilah, bentuk ekspresi keindahan dikembangkan melalui kekuatan lain dan melepaskan diri dari kekuatan yang membelenggu para penyair pada umumnya.
Sarimin bisa diperankan siapa saja tanpa harus berpijak pada profesionalisme kepenyairannya. Sarimin tidak ingin mewujud sekadar kata-kata dan diciptakan berdasarakan konvensi aturan, konsep atau kreteria seperti penalaran, intuitif, maupun perenungan.
Ya…nama Sarimin tidak asing di telinga. Ia sosok nyentrik memiliki kemampuan menghibur. Melalui Puisi Komedi, buku ini mengajak untuk menyelami dunia Sarimin. Karena sejatinya hidup ya hiburan ataupun bersendau-gurau. Menertawakan diri sendiri dan menertawakan kehidupan ini.
Saya tidak akan membahas isi buku atau berpura-pura jadi kritikus sastra. Khawatir honornya akan jatuh jika dibandingkan dengan pertunjukan Sarimin.
Para pendekar sastra maupun pakar politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan sering terperangkap dalam mempersepsikan apa yang sesungguhnya ada pada diri Sarimin.
Para pakar seakan-akan menafsirkan dan mengkritisi Sarimin hanya sebatas sosok dirinya. Tanpa tahu kedalaman dunia Sarimin. Sebab untuk memasuki dunianya itupun sulit, karena para pakar masih terkungkung kumpulan-kumpulan teori.
07/11/2020