Scroll untuk baca artikel
ragam

Merajut  Asa Pendidikan Anak; Pekerja Imigran Indonesia di Malaysia (Bagian Kedua)

Redaksi
×

Merajut  Asa Pendidikan Anak; Pekerja Imigran Indonesia di Malaysia (Bagian Kedua)

Sebarkan artikel ini
Fakultas Dakwah Universitas PTIQ melakukan MOU dengan Pengelola SB Al-Amien, Sentul, Kuala Lumpur, Malaysia
Dosen Universitas PTIQ Dr. Ellys Lestari Pambayun berkesempatan memberikan motivasi pada anak-anak di SBSKL.

Dosen Universitas PTIQ Dr. Ellys Lestari Pambayun berkesempatan memberikan motivasi pada anak-anak di SBSKL.

Problem stateless tersebut, berdampak negatif  terhadap intelektual, mental dan psikologi serta proses pendidikan anak-anak PMI di SBSKL. Diantaranya anak menjadi kurang rasa percaya diri, sulit menerima materi pembelajaran, tidak fokus dalam mengikuti pembelajaran dan lain-lain. Hal tersebut diungkapkan Silvia  Durotun Nadifah dan Sheila Salmaa, dua orang nahasiswi dari sekitar 60 orang Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Universitas PTIQ yang tengah mengikuti Kegiatan Kuliah Khidmah  Mahasiswa Internasional (KKMI). Itulah sebabnya, ungkap keduanya ketika ditemui penulis di SBSKL, dalam proses ajar-mengajar bukan hanya menjadi guru atau pembimbing melainkan juga berperan layaknya orang tua angkat.   

Isu perlindungan dan keluarga khususnya mengenai nasib pendidikan anak-anak PMI, sebenarnya sudah lama dan acapkali menjadi perhatian, pembicaraan  dan sorotan banyak kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Indonesia, khususnya yang fokus perhatiannya pada nasib imigran Indonesia. Bukan itu saja, Pemerintah Indonesia dan Malaysia sudah beberapa kali membahas masalah ini. Diantaranya pada pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim pada Januari 2023.

Kala itu, Presiden Jokowi telah menekankan pentingnya akses pendidikan bagi anak-anak PMI di negara itu diperhatikan. Hanya saja, ternyata saat dilakukan nota kesepahaman diantara Presiden Jokowi dengan Presiden Anwar pada awal Juni 2023, tidak muncul satupun dalam enam nota kesepahaman. Dampaknya, nasib pendidikan anak-anak PMI di Malaysia tetap bertahan sangat buruk dan memperihatinkan. Beberapa siswa SBSKL yang ditemui mengaku, ingin pulang ke Indonesia agar bisa melanjutkan pendidikan formal yang lebih baik.

Dekan Fakultas Dakwah Dr. Topikurahman MA mengatakan, kedatangan rombongan sebanyak 9 orang  ke SBSKL untuk melakukan Memorandum of Understanding (MOU) dengan Pengelola Sanggar Bimbingan Al-Amin Sentul Malaysia. Tujuannya  untuk meningkatan kualitas pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, selain meningkatkan status akreditasi Fakultas dan Program Studi Manajemen Dakwah (MD) serta Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam. Namun setelah mengobservasi, bertemu  dan mewawancarai sejumlah pengelola, pembimbing dan anak-anak di SBSKL, muncul dorongan kuat untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih konkrit.

Itulah sebabnya, Yayasan Sahabat Mabrur yang selama ini sering memberi bantuan bea siswa kepada Mahasiswa Universitas PTIQ memberikan donasi Rp 5.000.000.000 bagi SBSKL. “Jangan dilihat dari nomimalnya, melainkan lihat dari motivasi ikhlas kami untuk merajut dan membantu saudara-saudara kami khususnya para anak usia sekolah yang menetap, dan belajar di Malaysia,” ungkap Dr. Topikurahman, saat pemberian donasi secara simbolis melalui zoom link. Donasi diterima langsung oleh Shohehuddin, selaku Pengelola SBSKL, Minggu (17/8).