Setelah memasuki tahap pasca bencana, kedua lembaga tersebut tetap saling berkoordinasi untuk melakukan rehabilitasi dan rekontruksi bangunan.
“Tapi biasanya waktu proses rencana dan aksi lama karena sulitnya mendapat lahan relokasi,” ungkap praktisi tambang, kebencanaan dan hydrologist ini.
Meski BNPB dan BPBD menerapkan siklus penanggulangan bencana dengan baik, keselamatan orang tetap tergantung pada dirinya sendiri. Studi penelitian menyebutkan sebanyak 94,90 persen orang selamat karena evakuasi mandiri. Peran tim rescue dalam penyelamatan hanyalah 1.65 persen.
Untuk itu pentingnya edukasi kebencanaan, terutama di daerah rawan bencana. Edukasi bisa dimulai dari kepala sekolah, guru, masyarakat hingga pemuka agama.
“Saat ini ada yang namanya Sistem Pendidikan Aman Bencana (SPAB), ini sudah diprogramkan hampir di beberapa tempat. Target dari SPAB adalah anak-anak sekolah, karena anak-anak dianggap sangat cepat menangkap kepedulian lingkungan, kebencanaan dan sebagainya.
Kepala Pusat Pengendalian Operasi BNPB Bambang Surya Putra juga mengimbau masyarakat untuk bisa mitigasi bencana di daerahnya. Mitigasi sangatlah penting mengingat Indonesia merupakan negara dengan risiko bencana yang cukup tinggi.
“Kita harus tahu tinggal di mana dan risiko bencananya apa. Kalau sudah tahu, kita bisa melakukan persiapan. Tahu ke mana melakukan evakuasi saat terjadi bencana,” kata Bambang, Selasa (19/12/2021).
Ia mengimbau bagi masyarakat yang tinggal di daerah dengan kemiringan 30 derajat harus lebih waspada atau menghindari tinggal di tempat tersebut. Bagi warga yang tinggal di pinggir pantai, harus bisa mitigasi bila terjadi tsunami. Begitu juga dengan orang yang tinggal di gunung berapi yang aktif, harus selalu siap siaga. Harus tahu bagaimana menyelamatkan diri dan harta bendanya.
Selain edukasi, BNPB juga sudah menyediakan aplikasi handphone yang dapat membantu masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana. Di antaranya aplikasi Data dan Informasi Bencana Indonesia atau DIBI yang menampilkan database kejadian bencana. Untuk mengaksesnya masyarakat bisa mengakses situs gis.bnpb.go.id.
Kemudian ada juga aplikasi InaRISK yang menyajikan informasi potensi risiko bencana di suatu daerah.
Analisis InaRISK memanfaatkan pendekatan raster base secara nasional dengan ukuran pixel 100 x 100 meter, berdasarkan kajian risiko bencana yang terdapat di suatu wilayah atau per kabupaten. InaRISK dapat diunduh di Google Playstore dan Appstore.
Mitigasi Merapi di Tengah Pandemi
Merapi menunjukkan aktivitasnya sejak Oktober lalu. Status Merapi sudah naik level 3 per 5 November. Hingga saat ini statusnya masih sama, Merapi tetap siaga.