Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Opini

Meredam Krisis dengan Nurani dan Empati

:: Opini Barisan.co
18 September 2020
dalam Opini
Meredam Krisis dengan Nurani dan Empati

Ilustrasi barisan.co/Bondan PS

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

Masih ingat dengan nama Muhammad Syaugi? Ia Kepala Basarnas saat Lion Air bernomor JT-610 jatuh di perairan Karawang, 29 Oktober 2018. Dalam sebuah konferensi pers yang saya ingat betul, Pak Syaugi membuat seisi ruangan terdiam ketika ia berbicara sambil terisak. Ia tak kuasa menahan tangis di tengah kebuntuan timnya mencari korban pesawat jatuh. Video Pak Syaugi itu viral, mudah menemukannya.

“Kami memahami, bahwa kami bukan manusia super. Bukan manusia yang sempurna. Kami tetap berusaha sekuat tenaga dengan yang kami miliki. Kami yakin bisa mengevakuasi saudara-saudara kami ini.” Ujar Pak Syaugi dalam konferensi pers itu.

Kemungkinan besar, saya bukan satu-satunya yang merasakan empati dalam tiap ucapan Pak Syaugi. Terasa betul ia menghayati jabatannya sebagai amanah dan tanggung jawab. Dan penghayatan yang baik, Anda tahu, acap kali menjelma menjadi pengalaman intens yang dapat menggerakkan pikiran orang, bahkan membentuk ikatan batin.

Anda juga tahu, di taraf tertentu, ikatan batin antarindividu sering menjadi awal tindakan nyata untuk keluar dari penderitaan. Celakanya, di hari-hari pandemi ini, tidak ada ucapan pemerintah yang dapat mengikat batin masyarakat. Jangan mengikat batin, bisa dikenang dua hari secara positif saja tidak. Dan sebagai gantinya kita hanya menenggang ucapan kosong dan ungkapan-ungkapan mati setiap hari.

BACAJUGA

80% Populasi China Terinfeksi Covid, Indonesia Tak Buat Aturan Khusus bagi Wisatawan

80% Populasi China Terinfeksi Covid, Indonesia Tak Buat Aturan Khusus bagi Wisatawan

24 Januari 2023
4,15 juta Orang Masih Terdampak Covid-19

BPS: 4,15 juta Orang Masih Terdampak Covid-19

7 November 2022

Pemerintah seperti ‘gagal sastra’, dan kita terpaksa harus membiasakan diri terhadap informasi yang disampaikan secara pas-pasan. Akibatnya, kematian akibat wabah pun makin dipahami sebagai hal biasa. Mungkin kita masih merasa bersalah saat mendengar orang mati. Tapi kita jarang dibawa merasa betul-betul bersalah sampai tergerak ikut menyetop wabah dengan cara-cara yang sebetulnya tidak sulit dilakukan.

Atau memang, lebih dari gagal sastra, pemimpin kita tidak punya empati? Dugaan ini menakutkan. Kalau kita lihat dari teori-teori bernegara model manapun, jelas pemerintah harus hadir saat masyarakatnya dilanda krisis. Bahkan dalam kalimat harfiah, jika seorang warga mendatangi pemerintah dan mengaku sedang lapar, pemerintah tidak boleh membiarkan dia pulang dalam keadaan perut kosong.

Namun cukup sulit mengatakan hal semacam itu sudah terjadi. Alih-alih kita dibiarkan menanggung apa-apa sendiri. Sakit sendiri, miskin sendiri, lapar sendiri.

Pertama-tama kita dibiarkan sakit. Lebih dari itu, bahkan pemerintah sempat beranggapan bahwa Covid-19 menyebar karena masyarakatlah yang ignorant dan susah diatur. Sehingga keseluruhan beban pandemi ditanggungkan kepada masyarakat, sementara instrumen dan kemampuan mengatur yang dimiliki pemerintah jarang disinggung-singgung.

UU Kekarantinaan Kesehatan? Lupakan. Ongkosnya terlalu besar, dan pemerintah enggan mengongkosi masyarakat (termasuk hewan ternaknya) untuk bisa makan cukup tiap hari. Pada titik inilah kita yang miskin tetap harus keluar rumah meski terancam wabah, karena kelaparan di dalam rumah bukanlah pilihan yang waras.

Baiklah. Bahwa pemerintah terlambat mengantisipasi Corona, publik sudah memaklumi. Bahwa statistik Corona terus naik, publik masih menaruh harapan. Tetapi sulit dipahami jika masyarakat mayoritas, yaitu mereka yang belum terinfeksi wabah, papa, dan terampas hak-hak ekonominya, harus juga menanggung kelaparan tanpa kehadiran pemerintah.

Saya pikir, krisis pangan tidaklah muluk-muluk untuk terus dikabarkan. Dari pendapat ahli yang saya ikuti secara khidmat, saya dapati ancaman itu ada, terutama berkaitan soal distribusi pangan yang masih carut-marut. Singkat cerita: Untuk kasus Indonesia, kebanyakan orang lapar bukan karena tidak ada sesuatu untuk dimakan, melainkan lebih disebabkan orang tidak bisa memiliki makanan.

Organisasi dunia seperti FAO sudah mengingatkan, setelah Corona, krisis pangan akan menjadi ancaman serius. Kitapun sudah mendengar komitmen dari Pak Jokowi tentang hal ini. Separuh orang percaya Jokowi, separuhnya tidak. Kalau Anda termasuk kelompok kedua, Anda perlu terus bersuara agar soal kelaparan selalu menjadi top of mind Bapak Presiden. Apalagi dia terkenal sebagai pelupa tingkat patologis. []


Topik: Covid-19EmpatiKrisis Pangan
Opini Barisan.co

Opini Barisan.co

Media Opini Indonesia

POS LAINNYA

Habibie dan Anies vs BRIN dan Kencur
Opini

Habibie dan Anies vs BRIN dan Kencur

4 Februari 2023
Geliat Cagar Budaya
Opini

Geliat Cagar Budaya dan Gegap-Gempita Teknologi Digital: Milenial Dipihak Mana?

4 Februari 2023
Amerika Bicara Utilitas dan Efisiensi Air Sungai, Indonesia Masih Berkutat dengan Proyek Sodetan dan Buang Air ke Laut
Opini

Amerika Bicara Utilitas dan Efisiensi Air Sungai, Indonesia Masih Berkutat dengan Proyek Sodetan dan Buang Air ke Laut

3 Februari 2023
Pakar Hukum: Ditolaknya UAS, Privilege Singapura
Opini

Berkongsi Kita Pecah

1 Februari 2023
Taruhan Alphard, sampai Kapan?
Opini

Taruhan Alphard, sampai Kapan?

1 Februari 2023
Pemilu Serentak Tahun 2024
Opini

Menyongsong Pemilu Serentak Tahun 2024 yang Berkualitas dan Berintegritas

1 Februari 2023
Lainnya
Selanjutnya
Srawung Sastra

Srawung Sastra Balai Bahasa Jawa Tengah Bersama Sastrawan di Musim Pandemi Covid-19

Kebijakan Moneter Tersandera Utang Luar Negeri, Investor Asing Diuntungkan

Kebijakan Moneter Tersandera Utang Luar Negeri, Investor Asing Diuntungkan

Diskusi tentang post ini

TRANSLATE

TERBARU

Habibie dan Anies vs BRIN dan Kencur

Habibie dan Anies vs BRIN dan Kencur

4 Februari 2023
Kaya Nilai, Simak Keseruan Nobar Balada Si Roy Bareng Relawan Turun Tangan

Kaya Nilai, Simak Keseruan Nobar Balada Si Roy Bareng Relawan Turun Tangan

4 Februari 2023
Jarnas Sanak ABW Bengkulu Terus Berinovasi, Dari Olah Pupuk Organik Hingga Kembangkan Industri

Jarnas Sanak ABW Bengkulu Terus Berinovasi, Dari Olah Pupuk Organik Hingga Kembangkan Industri

4 Februari 2023
Dituding Greenwashing, Shell Dilaporkan

Dituding Greenwashing, Shell Dilaporkan

4 Februari 2023
Perkuat Jaringan Jateng, Relawan ANIES Tingkat Kecamatan Kebumen Resmi Dibentuk

Perkuat Jaringan Jateng, Relawan ANIES Tingkat Kecamatan Kebumen Resmi Dibentuk

4 Februari 2023
3 Petani Pakel

3 Petani Pakel Banyuwangi Ditangkap, Aliansi Masyarakat Sipil Desak Jokowi Segera Selesaikan Kasus Pakel

4 Februari 2023
Geliat Cagar Budaya

Geliat Cagar Budaya dan Gegap-Gempita Teknologi Digital: Milenial Dipihak Mana?

4 Februari 2023

SOROTAN

Habibie dan Anies vs BRIN dan Kencur
Opini

Habibie dan Anies vs BRIN dan Kencur

:: Yayat R Cipasang
4 Februari 2023

TERLALU banyak kontroversi yang dibuat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Padahal lembaga riset biasanya bekerja dalam sepi. Mereka tak...

Selengkapnya
Geliat Cagar Budaya

Geliat Cagar Budaya dan Gegap-Gempita Teknologi Digital: Milenial Dipihak Mana?

4 Februari 2023
Amerika Bicara Utilitas dan Efisiensi Air Sungai, Indonesia Masih Berkutat dengan Proyek Sodetan dan Buang Air ke Laut

Amerika Bicara Utilitas dan Efisiensi Air Sungai, Indonesia Masih Berkutat dengan Proyek Sodetan dan Buang Air ke Laut

3 Februari 2023
Perlindungan PRT

Rentan Alami Kekerasan, Perlindungan Terhadap PRT Perlu Perhatian Serius

2 Februari 2023
Pakar Hukum: Ditolaknya UAS, Privilege Singapura

Berkongsi Kita Pecah

1 Februari 2023
Taruhan Alphard, sampai Kapan?

Taruhan Alphard, sampai Kapan?

1 Februari 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang