Merokok ternyata laku meditatif yang bisa membuat tubuh rileks, menghilangkan stres dan meningkatkan fungsi otak.
BARISAN.CO – Di dunia ini, segala sesuatunya berpasangan. Perempuan dan laki – laki, rugi dan untung, kaya dan miskin, tampan dan cantik, dan sebagainya. Begitu juga dengan aktivitas merokok. Meski terbukti berdampak negatif, merokok memiliki manfaat bagi kesehatan.
Seluruh dunia pasti tahu, dampak negatif merokok apa saja? Narasi yang beredar adalah merokok meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit, seperti stroke, masalah kesuburan, gangguan pada paru-paru dan jantung.
Merokok juga seringkali disebut – sebut sebagai aktivitas yang membuat umur manusia pendek. Organisasi kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) pernah merilis data bahwa angka kematian akibat merokok mencapai 30 persen atau setara dengan 17,3 juta orang. Angka kematian tersebut diperkirakan terus meningkat hingga 2030 yakni sebanyak 23,3 juta orang.
Bahkan mereka yang menghirup asap rokok dari perokok aktif lebih berisiko mengalami kematian dini. Alasannya dalam rokok terdapat filter, sementara para perokok pasif menghirup asap tanpa filter tersebut.
Namun ada pernyataan menarik dari binaragawan asal Indonesia, Ade Rai. Dalam sebuah acara podcast, Ade Rai mengungkapkan alasan seseorang sulit berhenti merokok. Bukan saja karena merokok mengandung nikotin yang menyebabkan seseorang kecanduan, tapi merokok adalah laku meditatif yang menyebabkan seseorang menjadi rileks.
Ketika merokok, seseorang akan menarik dan membuang napasnya. Pada saat seseorang dalam kondisi marah, pusing, bingung dan stres, napasnya akan cenderung pendek dan cepat. Tapi saat merokok, napas mereka menjadi panjang dan lambat.
Tubuh kita terdapat Autonomic Nervous System (ANS) yakni pembagian sistem saraf vertebrata, yang terdiri dari sistem saraf pusat (Sympathetic Nervous System/SNS) dan sistem saraf perifer (Parasympathetic Nervous System/PNS). Pada saat kita sedang marah, SNS mendominasi dan membuat napas menjadi pendek dan cepat. Tapi ketika napas panjang dan pelan, PNS lah yang mendominasi tubuh kita.
“Jadi apa yang dilakukan seorang perokok, secara naluri saja dia membuat suatu kecerdasan sendiri, ini enggak enak nih. Kemudian ambil napas, buang napas,” ujarnya.
Dalam praktik meditasi dikenal dengan istilah pranayama. Dalam bahasa Sansekerta, “Prana” berarti kehidupan dan “Yama” berarti kontrol. Pada latihan pranayama, kita akan menarik, menghembuskan dan menahan napas dalam waktu tertentu. Latihan pernapasan ini bermanfaat untuk mengurangi stres dan meningkatkan fungsi otak.
Sama halnya dengan merokok, pada saat menghisap rokok dan menghembuskan asapnya, orang akan merasa lebih baik. Masalahnya adalah pada saat merokok, nikotin masuk ke dalam darah.
“Makanya saya bilang ke teman – teman saya yang merokok, asal tahu saja ya, aktivitas merokok itu berhubungan dengan tarik napas dan buang napas. Hubungannya dengan kesehatan sangat luar biasa. Jadi kalau kamu mau melakukan terus, lakukan saja terus, enggak ada masalah. Bagus sekali merokok itu buat kamu. Tapi pesan saya satu, tolong apinya jangan dinyalakan,” paparnya.
Cerdasnya industri merokok adalah “stop smoking, start vaping,” lanjutnya.
Vaping menjadi popular karena kandungan berbahaya dalam rokok dibuang. Dan yang tidak dibuang adalah tarik napas dan buang napas. Dengan semakin tingginya kesadaran seseorang terhadap kesehatan, bisa jadi di masa depan akan ada suatu teknologi baru yang memungkinkan orang tetap bisa menarik dan membuang napas dengan aman.
“Daripada menunggu teknologi ini ada, lebih baik ikut meditasi saja,” tambahnya. (ysn)