Salah satu bagian dari ULN swasta ini adalah ULN Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Fenomena ini relatif baru terjadi selama tujuh tahun terakhir. Peningkatan ULN BUMN jauh lebih pesat dibanding ULN swasta yang bukan BUMN. Posisinya pada akhir Desember 2020 mencapai US$58,08 miliar.
Porsi itu merupakan 27,89 persen dari total swasta. Porsinya terus mengalami peningkatan. Masih sebesar 18,77 persen pada akhir tahun 2014, dan 10,19 persen pada akhir tahun 2010. Bahkan, baru sebesar 6,51 persen pada tahun 2007.
Bank Indonesia menyajikan data tentang rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai salah satu indikator risiko utang dalam publikasi Statistik Utang Luar Negeri (SULNI). Rasionya pada akhir Desember 2020 mencapai 39,41 persen. Merupakan rasio tertinggi selama belasan tahun terakhir. Hal demikian bisa dianggap mencerminkan terjadinya peningkatan risiko.
Indikator lainnya yang disajikan Bank Indonesia berupa rasio posisi ULN terhadap nilai ekspor sebesar 215,15 persen pada akhir tahun 2020. Meningkat signifikan dari rasio pada akhir tahun 2019 yang sebesar 183,77%. Meski kenaikan posisi ULN terbilang rendah, namun nilai ekspor mengalami penurunan selama tahun 2020.
Analisis risiko utang juga sering fokus pada beban pembayaran utang tiap tahunnya, berupa pelunasan atau pembayaran cicilan utang pokok dan pembayaran bunga. Biasanya beban dikaitkan dengan kemampuan membayar, yang dikenal sebagai rasio beban pembayaran utang atau Debt Service Rasio (DSR).
Ada beberapa cara menghitung DSR, yang membandingkan dua macam arus dana dalam suatu kurun waktu, seperti: tahunan, triwulanan, dan triwulanan yang disetahunkan. Besaran pembilang pada prinsipnya serupa yakni total nilai beban pembayaran. Besaran penyebut merupakan ketersediaan dana. Dapat berupa nilai ekspor, ekspor ditambah penerimaan lain dalam transaksi berjalan, dan lainnya yang serumpun.
DSR berbagai negara dihitung juga oleh Bank Dunia dan disajikan dalam lamannya. Bank Dunia memakai “data mentah” dari bank sentral masing-masing negara, namun melakukan penyesuaian tertentu agar bisa dibandingkan antar negara. Definisinya pada dasarnya serupa dengan sajian Bank Indonesia. Angka penyebutnya adalah beban pembayaran utang pokok dan bunga, sedangkan angka penyebutnya adalah penerimaan ekspor barang, ekspor jasa dan penerimaan pendapatan primer. Besaran penyebut ini merupakan penerimaan dalam transaksi Berjalan. Datanya bersifat tahunan.
Publikasi data Bank Dunia terkini baru sampai dengan tahun 2019. DSR Indonesia dalam versi Bank Dunia telah mencapai 39,42% pada tahun 2019. Besaran rasionya berfluktuasi dari tahun ke tahun. Sempat menurun signifikan pada tahun 2017 dan 2018, namun meningkat pesat lagi pada tahun 2019.