Oleh: Wildan S Niam
Beberapa waktu lalu PMI Jakarta Timur menggelar acara yang nyaris mustahil terjadi, yakni, melantik 20 ribu anggota Palang Merah Remaja (PMR) secara virtual. Acara ini belum pernah dilakukan pihak manapun.
Hari itu juga, Sabtu 6 Februari 2021, Museum Rekor Indonesia (MURI) mencatatkannya sebagai sebuah capaian. Piagam penghargaan MURI diterima langsung oleh Walikota Jakarta Timur, Bapak M. Anwar.
Acara tersebut patut diingat kembali tepat pada 1 Maret ini, di hari ulang tahun Palang Merah Remaja yang ke-71.
Terlantiknya dua puluh ribu anggota jelas merupakan kenyataan kolosal. Lebih-lebih, mereka yang dilantik ini semuanya masih ‘milenial’—generasi ini sering disalahpahami sebagai generasi rebahan yang sulit diharapkan kontribusinya.
Milenial sering dituduh malas memperjuangkan apa-apa saja yang dianggap bernilai. Tapi faktanya di sini tidak begitu. Justru mereka tergerak menjadi bagian PMR.
Mereka pun agaknya memahami bahwa PMR adalah tempat memperjuangkan kehidupan orang lain dan bukan diri sendiri.
Singkat kata, remaja-remaja ini ternyata tidak buta warna kemanusiaan, dan mereka jelas tahu yang mereka lakukan.
Kehadiran milenial tentu menyegarkan. Demikianlah mengapa secara umum PMI DKI Jakarta layak disebut beruntung bisa melantik palang merah remaja sebanyak itu. Terhadap merekalah nilai-nilai organisasi pada gilirannya akan diwariskan nanti. Bahkan, di tangan mereka, kemungkinan besar nilai-nilai tersebut dapat berkembang dengan cara yang amat beragam.
Bagaimanapun, tidak mungkin bagi sebuah organisasi untuk menghadirkan orang yang selalu sama manakala era berbeda. Di situlah pentingnya regenerasi kader, dan gerakan kepalang-merahan sudah memiliki jenjang perkaderan yang luar biasa. Dimulai dari PMR Mula untuk sekolah dasar, PMR Madya di tingkat SMP, dan PMR Wira saat memasuki sekolah menengah atas.
Bisa dikatakan, pembagian jenjang demikian telah menjadi semacam filter loyalitas nilai bagi kader palang merah. Setiap jenjang mengandung tahapan bagi kader melakukan penajaman dan pembaruan diri. Pada akhirnya, kader PMI selalu dapat menunjukkan keteguhan dan integritasnya kalau sudah bicara kemanusiaan.
Andaikata semakin banyak anak dan remaja masuk gerakan kepalang-merahan, barangkali dunia akan menjadi lebih indah dan bersahabat. Orang-orang peduli bertambah banyak. Jalanan menjadi tempat yang menyenangkan. Nyaris seperti utopia kalau dibayangkan, tapi bukan mustahil hal itu terjadi.
Selamat ulang tahun Palang Merah Remaja.
Wildan S Niam, Anggota Dewan Kehormatan PMI DKI Jakarta