BARISAN.CO – Kita mungkin tidak menyadari, tapi bisa merasakannya, bahwa ‘momen keselarasan’ selalu hadir di kehidupan kita bahkan dalam bentuk-bentuk terkecil.
Bisa jadi momentum itu sesederhana keberhasilan kita mencolok kabel USB cukup sekali percobaan. Atau saat kita tidak sengaja mendengar musik yang pas dengan apa yang sedang kita rasakan.
Dalam bentuknya yang lain, momen keselarasan barangkali bisa seperti gol Zinedine Zidane ke gawang Leverkusen di final Liga Champion 2002. Gol ikonik itu mengantarkan Real Madrid menjadi juara Eropa.
Di menit ke ’45, umpan silang Roberto Carlos melambung sangat tinggi dan, saking tingginya, itu memberi Zidane cukup waktu mengatur dirinya di depan gawang. Zidane lalu membidik. Ia tak menunggu bola jatuh ke tanah. Dan dalam sekali kaki terayun, gol indah itu tercipta setelah bola melewati kiper Leverkusen.
Demikianlah momen keselarasan. Ketika segala sesuatu terasa benar-benar tepat dan segalanya dapat dilakukan dengan tenang, dari situlah didapatkan pengalaman semesta tertinggi yang, mungkin sebagian bisa diulang, sebagian lainnya tidak.
Momen keselarasan Zidane tersebut ditonton jutaan orang saat itu, dan masih ditonton jutaan orang hingga sekarang.
Zidane mengaku berusaha menciptakan kembali jenis gol yang sama dalam latihan. Berulang kali ia berusaha dan tidak pernah sesukses dan semanis itu.
Namun di Madrid, gol Zinedine Zidane itu bukan satu-satunya yang disebut di sini. Ada pula gol Cristiano Ronaldo ke gawang Gianluigi Buffon di perempat final Liga Champion 2018. Gol itu nyaris mustahil dilakukan manusia biasa.
Di depan gawang Juventus, Cristiano Ronaldo mengangkat kakinya sampai 2,31 meter ke langit. Dan mengingat bahwa tinggi badan Ronaldo adalah 1,87 meter, itu berarti, ia melentingkan kakinya hampir setengah meter lebih tinggi di atas kepalanya sendiri.
Orang Latin kuno barangkali akan menyebut momentum itu sebagai salto mortale, lompatan berbahaya yang berakibat mematikan.
Sesaat bola menyentuh ujung kakinya, Ronaldo kemudian jatuh dengan mulus ke rumput, setara seorang manajer capek yang jatuh ke kasur setelah seharian mengelola perusahaan. Di atas rumput itu, di menit ke ‘64, Ronaldo melihat bola masuk ke gawang Juventus. Itu gol kedua bagi Real Madrid.
“Jelas orang-orang membicarakan tentang gol kedua, itu luar biasa, mungkin yang terbaik dalam karir saya,” kata Ronaldo seusai pertandingan yang berakhir kemenangan 3-0 bagi Real Madrid itu.
Semua orang merasakan momentum keselarasan yang diciptakan Ronaldo. Pendukung Real Madrid bersorak. Pendukung Juventus bahkan ikut bersorak seolah gol tersebut adalah kemenangan mereka juga, padahal bukan—mungkin sebab momentum keselarasan pada dasarnya membahagiakan, dan kebahagiaan sejati acap kali mudah menular. []