Mutasyar PBNU KH Dimyati Rois meninggal dunia di Rumah Sakit Tlogorejo Kota Semarang, ia adalah sosok ulama yang juga pengasuh pondok pesantren Al-Fadlu wal Fadilah
BARISAN.CO – Pengasuh Pondok Pesantren Al-Fadlu wal Fadilah Kendal yang juga Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Dimyati Rois meninggal dunia di Rumah Sakit Tlogorejo, Semarang, Jawa Tengah pada Jumat (10/6/2022) Pukul 01.13 WIB.
Kabar duka ini telah tersebar di akun media sosial dan bahkan grup-grup Whatshapp. Seperti laman Facebook Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab dipanggil Gus Mus, ia menuliskan:
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pagi ini ada WA dari saudara mudaku @usmanarrumy. Isinya singkat tapi menghentak. “Mbah Dim kapundut.”
Masih larut dalam duka atas wafatnya Buya Syafi’i dan Kiai Luthfi Thomafi, kini kiai sepuh pejuang dan pengayom –KH. Dimyati Rois Kaliwungu– menyusul pulang ke haribaaNya. Innã liLlãhi wainnã ilaiHi rãji’uun…⚘
Mautul ‘ãlim maupun ‘alam.
Al-Fãtihah.
Semoga Allah merahmati kita semua.
KH Dimyati Rois merupakan tokoh ulama yang mumpuni, kiai yang akrab disapa Mbah Dim ini merupakan ayah dari Anggota DPR RI Gus Alamuddin Dimyati Rois. Berikut ini biografinya sebagaimana dikutip dari laman walisongo.ac.id:
KH Dimyati Rois adalah putra kelima dari sepuluh bersaudara, yaitu; Nyai Khanifah, KH.Tohari Rois, KH. Masduki Rois, H. Murai Rois, KH. Saidi Rois, Nyai Khotijah, KH. Syatori Rois, Nyai Mukoyah dan Nyai Daroroh.
Dilahirkan pada tanggal 5 Juni 1945, dari pasangan suami istri bapak Rois dan ibu Djusminah, mereka tinggal di desa Tegal Glagah, Bulakamba, Brebes, Jawa Tengah.
Adapun latar belakang KH Dimyati Rois adalah murni dari golongan petani-santri baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu, yang sebelumnya juga mewarisi garis profesi orang tuanya sebagai petani. Kedua orang tuanya selalu mengajarkan dan melatih kepada putra-putrinya untuk senantiasa taat dalam beribadah.
Menurut cerita tutur, ayah atau ibunya masih tergolong keturunan salah satu sesepuh atau pendiri kabupaten Brebes. Sejak kecil, KH Dimyati Rois memang sudah terlihat berbeda jika dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain, beliau begitu pendiam, tetapi rajin, disiplin dan ulet.
KH Dimyati Rois menikah dengan salah seorang gadis yang berasal dari Kaliwungu, Kendal, pada tanggal 1 Januari 1978, nama istri beliau adalah Nyai Hj. Tho’ah, putri tunggal dari pasangan suami istri KH. Ibadullah Irfan dan Nyai Hj. Fatimah. Beliau telah dianugerahi sepuluh putra-putri, yaitu; H. Agus Fadlullah, H. Agus Alamudin, Hj. Ning Lailatul Arofah, H. Agus Qomaruzzaman, Hj. Ning Lama’atus Sobah, H. Agus Hilmi, H. Agus Thoha Mubarok, H. Agus Husni Mubarok, H. Agus M. Iqbal dan H. Agus Abu Hafsin Almuktafa.
Pendidikan dan Kepribadian KH Dimyati Rois
KH Dimyati Rois tidak mengenyam pendidikan formal yang tinggi, tetapi beliau sangat antusias dalam menuntut ilmu, khususnya ilmu agama.
Beliau sempat belajar di SR (Sekolah Rakyat) dimana di sekolah tersebut KH. Dimyati Rois belajar sampai di sekolah terakhir dan mendapatkan sertifikat sebagai tanda kelulusan, setelah itu beliau langsung masuk ke Pondok pesantren.
KH. Dimyati Rois beserta saudaranya meninggalkan tempat kelahiran guna menuntut ilmu agama pada sekitar tahun 1956. Beliau mondok pertama kali di Pondok Pesantren APIK, Kauman, Kaliwungu, Kendal. Pada waktu itu, Pondok Pesantren APIK diasuh oleh KH. Ahmad Ru’yat.
Beliau mondok di Pondok Pesantren APIK selama kurang lebih 14-15 tahun, kemudian beliau berguru kepada KH. Machrus Ali di Ponpes Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, akan tetapi itu hanya sebentar dan setelah itu kemudian beliau melanjutkan berguru pada Mbah Imam, Ponpes Sarang, Rembang, Jawa Tengah, yang lamanya kurang lebih sekitar 5 tahun.