Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Nasehat Imam Syafi’i Tentang Ilmu dan Keutamaan Belajar

Redaksi
×

Nasehat Imam Syafi’i Tentang Ilmu dan Keutamaan Belajar

Sebarkan artikel ini

Nasehat Imam Syafii tentang ilmu, adab menuntut ilmu, dan keutamaan menuntut ilmu serta penjelasan Imam Syafi’i tentang belajar

BARISAN.CO – Muhammad bin Idris As-Syafi’i atau dikenal Imam As-Syafi’i merupakan tokoh peletak dasar Mazhab Fiqih Syafi’i. Nasehat Imam syafii tentang belajar sangat ditekankan meliputi pentingnya menuntut ilmu dan adab menuntut ilmu.

Imam Syafi’I juga memberikan nasehat betapa pentingnya belajar tentang ilmu agama, menurutnya belajar ilmu agama sangat ditekankan. Dikutip dari NU Online Imam Syafi’I mengatakan:

وَقَالَ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : إنْ لَمْ تَكُنْ الْفُقَهَاءُ الْعَامِلُونَ أَوْلِيَاءً لِلَّهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ وَلِيٌّ

Kalau ahli agama yang saleh itu bukan wali Allah, niscaya Allah tidak memiliki wali.” (An-Nawawi, Al-Majmuk fi Syarhil Muhadzdzab).

Umat Islam hendaknya membekali dirinya dengan ilmu-ilmu agama, bahkan Imam Syafi’I menempatkan para ulama dan ahli agama pada kedudukan paling terhormat. Ulama merupakan pewaris nabi, ia termasuk salah satu wali Allah.

Rasulullah Saw bersabda:

وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Dan para nabi tidak mewariskan Dinar dan Dirham. Mereka hanyalah mewariskan Ilmu. Siapa saja mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Daud)

Sebab menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi umat yang beriman, terutama ilmu agama sebagai bekal dirinya. Arti penting menuntut ilmu  Imam Syafi’i mengatakan:

وقال ما تقرب إلى الله تعالى بشئ بعد الفرائض أفضل من طلب العلم

Imam As-Syafi’i berkata: “Tiada ibadah yang lebih utama setelah shalat wajib daripada menuntut ilmu.” (An-Nawawi, Al-Majmu’: 33). 

Selanjutnya Imam Syafi’i juga menekankan pentingnya menuntut ilmu yakni termasuk golongan orang-orang yang beruntung.

وقال ما أفلح في العلم إلا من طلبه بالقلة

Imam As-Syafi’i berkata: “Tiada yang beruntung dalam menuntut ilmu kecuali orang yang mengejarnya secara total.” (An-Nawawi, Al-Majmu’: 33).  

Bahkan keutamaan menuntut ilmu akan dimudahkan jalan menuju surga, sebagaimana Rasulullah Saw bersabda:

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

 “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Sedangkan tentang adab menuntut ilmu, penjelasan Imam Syafi’i diungkapkan melalui syair.

أخي لن تنالَ العلمَ إِلا بستةٍ … سأنبيكَ عن تفصيلِها بيانِ

  كاءٌ وحرصٌ واجتهادٌ وبلغةٌ … وصحبةُ أستاذٍ وطولُزمانِ

Calon ahli ilmu tidak akan tinggal diam. Ia tempuh perjalanan jauh dari rumahnya untuk menuntut ilmu. Ia akan dapatkan ilmu yang membuatnya mulia dan tinggi derajatnya di sisi Rabb-Nya, ia akan dapatkan pengganti asyiknya mainan.”

Sedangkan nasehat imam syafii tentang belajar berpesan melalui syairnya:

العِلمُ صَيدٌ والكِتابةُ قَيدُهُ  –  قَيِّدْ صيودكَ بالحِبالِ الواثِقَة

فَمِن الحَماقَةِ أَنْ تَصيدَ غَزالَةً  – وتَترُكها بَينَ الخَلائقِ طالِقةَ

Ilmu itu bagaikan binatang buruan, dan tulisan adalah tali untuk mengikatnya…maka ikatlah binatang buruanmu dengan tali yang kuat.

Dan merupakan kebodohan jika anda sudah mendapatkan  kijang sebagai binatang buruan kemudian anda membiarkannya bebas lari diantara makhluq-makhluq lainnya.