Scroll untuk baca artikel
Kolom

Negara Bayangan

Redaksi
×

Negara Bayangan

Sebarkan artikel ini
Oposisi Terbuka
Imam Trikarsohadi

Di dalam pusaran baru tersebut terlibat para pialang dan bandar politik ambisius, birokrat negara yang lihai dan masih bersifat predatoris, kelompok-kelompok bisnis baru yang ambisius, serta beraneka ragam gengster politik, kaum kriminal, dan barisan keamanan sipil.

Celakanya, turut hadir pula kelompok preman yang terinstitusionalisasi dengan baik dalam berbagai Ormas dan OKP sebagai kaki tangan rezim lokal.

Keberadaan preman di berbagai kota di Indonesia bukan hanya sebatas kriminal jalanan semata. Ia telah menjadi entitas yanga sangat berpengaruh dalam sistem politik lokal. Mengapa ia begitu berpengaruh? Institusionalisasi preman lah jawabannya.

Para preman menjadi begitu berpengaruh karena ia dilembagakan dan diorganisir menjadi beragam organisasi. Contoh misalnya, tidak sedikit individu-individu yang sebelumnya dekat dengan dunia kekerasan menduduki posisi penting dalam hirarki organisasi politik.

Bahkan banyak yang menjadi anggota legislatif pusat maupun daerah.Dengan mempunyai kedudukan dan peran yang signifikan di dalamnya, mereka mengendalikan dan memiliki akses yang luas terhadap sumber daya ekonomi.

Para preman sekarang ini wara-wiri diantara para elite politik formal dan apa yang dianggap banyak orang sebagai dunia gelap. Mereka sering kali dapat berbolak-balik antara dunia kriminal dan dunia “warga masyarakat terhormat”sebagai pengusaha atau tokoh masyarakat lainnya.

Dengan system ketatanegaran seperti sekarang ini, tokoh-tokoh semacam itu menemukan kesempatan baru untuk memperbanyak kekuasaan, kekayaan, dan status sosial dengan menyusupkan diri sebagai pemegang kekuatan politik secara langsung.

Para preman secara khusus mendapat tempat yang baik dalam sistem kekuasaan yang didalamnya kemampuan untuk melakukan atau setidaknya mengancam dengan tindak kejahatan adalah penting guna mengendalikan keamanan bagi para aparatur di tingkat lokal.

Seiring mundurnya tantara dari gelanggang politik pasca reformasi, para preman diberdayakan oleh elit-elit tertentu untuk kepentingan suara dan sumberdaya ekonomi, karena mereka menguasai usaha-usaha gelap yang berguna bagi sumber dana politik.

Dengan otot dan uangnya mereka memiliki kekuatan untuk mempengaruhi keputusan politik dan perdebatan di parlemen, termasuk berkaitan juga dengan alokasi kontrak dan sumber daya lainnya.

Dengan apa yang berkembang saat ini, maka sejatinya sedang terjadi proses shadow state – sebuah situasi sebagai konsekuensi dari rendahnya derajat institusionalisasi sehingga negara menjadi sangat lemah.