Dibutuhkan pemimpin yang mengerti dan mau mengatasi
“MENGAPA Pemerintah terus saja berutang, bahkan semakin besar?”
Belanja kita lebih besar daripada pendapatan (defisit atau tekor), maka kekurangannya berutang.
Mengapa tidak rancang jumlah belanja yang sesuai saja dengan perkiraan pendapatan? Baik, anggap itu bisa dan tahun bersangkutan, sehingga tidak perlu berutang untuk menutupi defisit.
Tetapi kan masih harus melunasi atau membayar cicilan utang masa lalu, maka tetap saja butuh berutang.
Bagaimana jika belanja ditekan lagi dengan memperhitungkan pelunasan dan cicilan itu? Selain cicilan, kita harus membayar bunga utang lho yang sering dibayar dari utang baru juga.
Oke, kita perhitungkan juga bunganya, bagaimana? Boleh saja, maka nilai belanja kita mungkin hanya sekitar 60-70 % dari sekarang.
Lantas bagaimana andai itu dilakukan? Mengurangi gaji pegawai? Subsidi dan Layanan publik mendekati minimal atau dibebankan biaya tinggi kepada masyarakat? Mau menerima kondisi seolah negara tidak hadir?
Sekarang saja sudah banyak protes, apalagi kondisi demikian? Lantas jika tetap berutang saja seperti sekarang dan makin besar?
Yaa amat mungkin aset kita satu persatu berkurang, dan pendapatan negara terus terbebani untuk membayar beban utang.
BAYANGKAN LAH KONDISI SUATU KELUARGA YANG TERJERAT RENTENIR (PINJAMAN ONLINE), HARTA MASIH ADA, TETAPI LEBIH BESAR DARIPADA UTANG. PENDAPATAN MASIH ADA, TETAPI KONDISI KEUANGANNYA MEMPRIHATINKAN.
Kini dan ke depan yang dibutuhkan bukanlah ahli akuntansi atau ahli keuangan, melainkan ahli yang bisa memperbaiki perekonomian, agar pendapatan negara dan pendapatan nasional (produksi) meningkat pesat.
Pada saat bersamaan, belanja dipilah pilih untuk tidak boros. Dengan demikian, beban utang perlahan diatasi.
DIBUTUHKAN PEMIMPIN YANG MENGERTI DAN MAU MENGATASI. TIDAK HANYA PIHAK EKSEKUTIF, MELAINKAN JUGA LEGISLATIF (DPR).
TAK KALAH PENTINGNYA, RAKYAT TEREDUKASI UNTUK MENGERTI DAN TURUT MENGAWASI PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA. []