BEBERAPA waktu lalu viral video tentang Mutiara Baswedan, anak sulung Anies Baswedan, yang sedang menunggu jemputan di Halte Bundaran Hotel Indonesia. Banyak netizen yang berkomentar mengenai kesederhanaan Mutiara.
Pembuat video yang viral tersebut mengaku bernama Kiyoto Sudro. Video tersebut awalnya diambil dari seberang halte tempat Mutiara duduk. Dari video awal, terlihat dua orang sedang berbincang-bincang dengan Tia, begitu dia biasa disapa. Setelah itu, pembuat video menyeberang jalan untuk mendatangi Tia.
Lalu terjadilah obrolan mengapa Tia sendiri, tanpa pengawalan dan apakah tidak takut duduk sendirian. “Lagi nunggu jemputan, habis main bareng teman. Gakpapa aman di sini. Kan ramai orang juga,” jawab Tia ramah sembari tersenyum.
Banyak netizen memberikan komentar mengenai kesederhanaan putri Anies Baswedan tersebut. Meskipun anak dari orang nomor satu di Jakarta (waktu itu Anies Baswedan masih Gubernur DKI Jakarta), tapi gayanya sederhana. Tidak neko-neko. Waktu itu Tia hanya mengenakan setelan celana cokelat dengan kaus putih, sembari mengenakan sebuah tas selempang.
Melihat kesederhanaan Tia, wajar bila orang salut dengan gaya dan kejadian tersebut. Di tengah keluarga pejabat dan selebritas yang sering flexing, memamerkan barang dan kebiasaan hidup mewah mereka, Tia memilih duduk santai di halte pinggir jalan. Padahal bila dia mau, bisa saja mendapatkan pengawalan khusus. Tapi itu tidak dipilihnya.
Berbicara mengenai kesederhanaan keluarga Anies Baswedan, sebenarnya hal tersebut bukan hal yang aneh. Anies yang besar di Jogja, tumbuh di keluarga akademisi yang hidup dengan cara bersahaja. Ayah dan ibunya adalah dosen di perguruan tinggi di Kota Pelajar tersebut.
Dilihat dari tempat Anies Baswedan dibesarkan, rumah tempat besar dan tumbuh di Jogja terbilang sederhana. Bukan sebuah rumah mewah. Saat sekarang tinggal di Jakarta pun, Anies memilih tinggal di daerah yang biasa saja. Bukan perumahan atau daerah elit.
Rumah Anies Baswedan di bilangan Lebak Bulus akses jalannya hanya cukup dilewati satu mobil. Bukan sebuah tempat tinggal di jalan utama. Padahal bila mau, bisa saja dia membeli rumah di kompleks perumahan berkelas dengan jalan luas.
Tapi itulah pilihan Anies. Dia memilih tinggal di daerah yang akrab dengan lingkungan sekitar. Rumah tanpa pagar tembok tinggi yang membatasi—baik fisik, maupun psikologis—dengan tetangga di sekitarnya. Dia memilih tinggal di rumah yang dekat dengan para tetangga. Pengalaman dan didikan waktu di Jogja masih terbawa hingga hari ini.
Pejabat-pejabat di Indonesia, sudah seharusnya memiliki cara hidup sederhana seperti yang dijalankan Anies dan keluarganya. Tugas pejabat publik adalah membangun gagasan dan mengabadikan karya. Bukan pamer harta apalagi hura-hura. Anies Baswedan sudah membuktikan, bahwa hal itu bisa dilakukan.