Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Senggang Tokoh & Peristiwa

Obsesi Raja Bhutan ‘Menghitung’ Tingkat Kebahagiaan Rakyatnya

:: Ananta Damarjati
3 Februari 2021
dalam Tokoh & Peristiwa
Obsesi Raja Bhutan ‘Menghitung’ Tingkat Kebahagiaan Rakyatnya

Ilustrasi barisan.co/Bondan PS

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

BARISAN.CO – Jigme Singye Wangchuk nama lengkapnya. Pada 1972, ia naik takhta menjadi raja Bhutan saat usianya masih 16 tahun. Bhutan, sebuah negara kecil di antara India dan Cina itu, disebut banyak mengalami kemajuan saat dipimpinnya.

Infrastruktur transportasi dan komunikasi masif dibangun. Kerjasama antarnegara gencar dilakukan. Dan pelahan tapi pasti, Jigme Singye membawa Bhutan menjauhi jejak-jejak keterisolasiannya, baik dari segi geografis, politik, ekonomi, sosial, maupun teknologi.

Mungkin, Jigme Singye adalah satu-satunya raja Bhutan yang dikenal dunia secara luas. Terutama setelah ia memperkenalkan konsep Kebahagiaan Nasional Bruto.

Di tengah negara dunia berlomba menghitung output nasionalnya dengan memakai Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai alat ukur, Raja Jigme Singye lebih memilih memakai Kebahagiaan Nasional Bruto (KNB) sebagai ukuran keberhasilan pembangunan negara Bhutan.

BACAJUGA

Filosofi Pohon

Filosofi Pohon

11 Agustus 2022
Abdus Salam: Muslim Peraih  Nobel Pertama yang Tidak Bisa Menyebut Dirinya Muslim

Abdus Salam: Muslim Peraih Nobel Pertama yang Tidak Bisa Menyebut Dirinya Muslim

21 Februari 2022

Jadi, menurut Jigme Singye, keberhasilan pembangunan tidak cukup dilihat hanya dari seberapa banyak produk dihasilkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Tapi, harus juga diperhatikan sejauh mana kebahagiaan dirasakan oleh segenap rakyatnya.

Mula-mula, ide Jigme Singye ini dianggap retorika kosong yang tidak memperbaiki apapun. Para kritikus menilai KNB tidak lebih semacam kesadaran palsu untuk menutupi fakta bahwa, di balik itu, ada realitas kemiskinan yang tak tertanggulangi dengan baik.

Namun belakangan, seiring ide-ide kapitalisme yang dianut negara-negara modern mulai disorot, keberadaan KNB menjadi penting atas kemampuannya memperhatikan aspek-aspek kesejahteraan yang bersifat non-ekonomi.

Ada 4 pilar utama dalam KNB, yaitu: pembangunan sosial ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan; pelestarian lingkungan; pelestarian dan promosi budaya; dan pemerintahan yang baik.

Pada dasarnya, konsepsi KNB merupakan ejawantah nilai-nilai ajaran Buddha tentang kekayaan dan kebahagiaan. Buddha ialah agama yang dipeluk mayoritas rakyat Bhutan.

Menurut Buddha, kekayaan merupakan salah satu sumber kebahagiaan (atthi sukha). Alih-alih dihindari, mengumpulkan kekayaan justru adalah hal yang baik sejauh dilakukan dengan jalan yang benar.

Sebagaimana dijelaskan Y.M Bhikkhu Suguno dalam buku Ekonomi Kerakyatan (2014: 86), Buddha melihat kekayaan sebagai anavajja sukha, yaitu sarana mencapai kebahagiaan diri sendiri dan orang lain. Jalan untuk mengumpulkan materi sebaiknya dengan usaha dan semangat yang tinggi (utthana-viriyadhigatehi), dengan keringat sendiri (sedavakkitehi) dan lewat jalan Dhamma (dhammikehi-dhammaladdhehi).

Adapun kebijaksaan Buddha selalu menekankan pentingnya menghindari keserakahan (lobha) dan kebencian (dosa) saat menjalankan sebuah ekonomi. Dua hal itu adalah sumber kegagalan seseorang untuk mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan.

Gagasan-gagasan lama inilah yang digali kembali oleh Raja Jigme Singye dan diterapkan dalam penghitungan KNB.

Banyak kalangan menilai kemunculan KNB tepat waktu. Dewasa ini, ekonomi dunia telah digerakkan kehendak tak terbatas untuk menumpuk kapital, tanpa pernah menimbang konsekuensi yang timbul. Alih-alih membahagiakan, justru kenyataanya manusia selalu dibuat merasa serba kekurangan oleh ekonomi kapitalistik ini.

Sejumlah pujian kepada gagasan KNB Raja Jigme Singye kemudian bermunculan. Jody Rosen, jurnalis New York Times, menyebut KNB sebagai, “Sebuah etos kelanggengan lingkungan, pelestarian budaya, dan berkah ‘holistik’ yang membuat Bhutan populer dalam lingkaran pembangunan internasional dan di antara para pencari pencerahan zaman baru.”

Tidak hanya berhenti sebagai gagasan. Penelitian yang dijalankan University of Leicester pada tahun 2006 mendapati bahwa rakyat Bhutan termasuk orang-orang paling berbahagia di dunia, sebagaimana dicatat Lorenzo Fioramonti dalam bukunya (2017: 124).

Meskipun termasuk negara rendahan kalau memakai perhitungan PDB (dengan PDB per kapita hanya U$D3.391 pada tahun 2020), Bhutan selalu dapat bersaing dengan negara-negara kaya kalau urusan tingkat kebahagiaan.

Mengukur yang Penting

Saat berkesempatan memaparkan gagasannya di hadapan PBB pada tahun 2011, Negara Bhutan mendapat perhatian hampir bulat oleh 68 negara anggota. Tak kurang-kurang, Kebahagiaan Nasional Bruto disebut-sebut sebagai “pendekatan holistik untuk pembangunan”.

Berangkat dari situ, diadakan pertemuan lanjutan di bulan April 2012. PBB menggelar Pertemuan Tingkat Tinggi untuk merumuskan ulang definisi kesejahteraan. Acara tersebut bertajuk: “Happiness and Wellbeing: Defining a New Economic Paradigm.”

Singkat cerita, akhirnya dunia menyepakati bahwa kebahagiaan adalah ukuran penting yang tidak boleh diabaikan dalam penyusunan kebijakan ekonomi. Sejak saat itu, PBB juga mulai berkala merilis Laporan Kebahagiaan Dunia, di mana negara-negara diperingkat menurut kebahagiaan yang dilaporkan oleh warganegaranya sendiri-sendiri.

Raja Jigme Singye sudah turun takhta pada tahun 2006 yang lalu, digantikan anaknya, Jigme Khesar Namgyel. Walau tidak lagi bertindak sebagai raja, nama Jigme Singye masih dirayakan oleh rakyat Bhutan, atas keberhasilannya membawa kerajaan kecil itu masuk dalam resonansi percakapan dunia.

Hari ini, membicarakan hubungan orang Bhutan dengan kebahagiaan, sama halnya membicarakan orang Prancis dengan anggur, atau membahas orang Brasil dengan sepak bola. []

Topik: BuddhaJigme Singye WangchukKebahagiaan Nasional BrutoRaja BhutanTokoh
Ananta Damarjati

Ananta Damarjati

Warga negara Indonesia, tinggal di Jakarta

POS LAINNYA

Mengenal Abah Guru Sekumpul, Ulama Besar dari Kalimantan Selatan
Tokoh & Peristiwa

Mengenal Abah Guru Sekumpul, Ulama Besar dari Kalimantan Selatan

29 Januari 2023
Sejarah dan Makna Angpau dalam Perayaan Imlek
Tokoh & Peristiwa

Sejarah dan Makna Angpau dalam Perayaan Imlek

20 Januari 2023
Sepak Terjang Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu, Pengganti Azyumardi Azra
Sosok

Sepak Terjang Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu, Pengganti Azyumardi Azra

15 Januari 2023
Mengingat Tragedi Wasior Papua yang Termasuk dalam 12 Pelanggaran HAM Berat (10)
Tokoh & Peristiwa

Mengingat Tragedi Wasior Papua yang Termasuk dalam 12 Pelanggaran HAM Berat (10)

13 Januari 2023
Kisah Peristiwa Simpang KKA Aceh yang Masuk dalam 12 Pelanggaran HAM Berat (9)
Tokoh & Peristiwa

Kisah Peristiwa Simpang KKA Aceh yang Masuk dalam 12 Pelanggaran HAM Berat (9)

13 Januari 2023
Termasuk Pelanggaran HAM Berat: Pembunuhan Dukun Santet, Ninja Bantai Kiai (8)
Tokoh & Peristiwa

Termasuk Pelanggaran HAM Berat: Pembunuhan Dukun Santet, Ninja Bantai Kiai (8)

12 Januari 2023
Lainnya
Selanjutnya
Wangi Parfum dan Kenangan, Mengapa Keduanya Saling Terkait

Wangi Parfum dan Kenangan, Mengapa Keduanya Saling Terkait

Nadiem Hapus UN dan Ujian Kesetaraan sebagai Syarat Kelulusan, Ini Penggantinya

Nadiem Hapus UN dan Ujian Kesetaraan sebagai Syarat Kelulusan, Ini Penggantinya

Diskusi tentang post ini

TRANSLATE

TERBARU

analisa youtube shorts

Benarkah YouTube Short Bisa Menghasilkan Uang? Inilah Analisa Kebenarannya

3 Februari 2023
Amerika Bicara Utilitas dan Efisiensi Air Sungai, Indonesia Masih Berkutat dengan Proyek Sodetan dan Buang Air ke Laut

Amerika Bicara Utilitas dan Efisiensi Air Sungai, Indonesia Masih Berkutat dengan Proyek Sodetan dan Buang Air ke Laut

3 Februari 2023
website foto gratis

7 Rekomendasi Website Foto Gratis, No Copyright untuk Konten dan Desain

3 Februari 2023
rhoma irama air putih

Rutin Minum Air Putih Hangat, Rhoma Irama Berhasil Diet

3 Februari 2023
kanti w janis

Tadaburan Novel Karya Kanti W Janis

3 Februari 2023
Penerimaan Pendapatan Investasi Lainnya (US$ Juta)

Penerimaan Pendapatan Investasi Lainnya (US$ Juta)

3 Februari 2023
Kabar Pilpres 2024

Pilpres 2024: Hal-hal yang Bisa Disimpulkan Sejauh ini

3 Februari 2023

SOROTAN

Amerika Bicara Utilitas dan Efisiensi Air Sungai, Indonesia Masih Berkutat dengan Proyek Sodetan dan Buang Air ke Laut
Opini

Amerika Bicara Utilitas dan Efisiensi Air Sungai, Indonesia Masih Berkutat dengan Proyek Sodetan dan Buang Air ke Laut

:: Yayat R Cipasang
3 Februari 2023

BANJIR Jakarta tidak sekadar bencana alam tetapi juga sudah sangat politis. Banjir dan cara penanganannya menjadi alat kampanye, glorifikasi atau...

Selengkapnya
Perlindungan PRT

Rentan Alami Kekerasan, Perlindungan Terhadap PRT Perlu Perhatian Serius

2 Februari 2023
Pakar Hukum: Ditolaknya UAS, Privilege Singapura

Berkongsi Kita Pecah

1 Februari 2023
Taruhan Alphard, sampai Kapan?

Taruhan Alphard, sampai Kapan?

1 Februari 2023
Pemilu Serentak Tahun 2024

Menyongsong Pemilu Serentak Tahun 2024 yang Berkualitas dan Berintegritas

1 Februari 2023
Menanti Keberanian KIB Usung Airlangga-Erick Thohir

Menanti Keberanian KIB Usung Airlangga-Erick Thohir

31 Januari 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang