Pandangan berbeda disampaikan oleh Ekonom Awalil Rizky yang dihubungi redaksi barisan.co pada hari Minggu (30/01/2022). Awalil menilai LTBI 2021 agak berlebihan menggambarkan capaian perekonomian dan kinerja kebijakan BI.
Menurutnya, BI memang cukup berhasil menjaga stabilitas terkait tugas sebagai otoritas moneter. Namun tidak mampu mendorong akselerasi pemulihan ekonomi melalui berbagai instrumen moneter dan keuangan yang dikuasainya. Dicontohkan soal kredit yang masih tertahan, padahal jumlah uang beredar terus meningkat.
Awalil juga mengkritik LTBI 2021 yang tidak menjelaskan secara cukup terinci tentang kebijakan “berbagi beban” dengan Pemerintah dalam hal pembiayaan anggaran. LTBI hanya menyebutkan koordinasi fiskal dan moneter semakin diperkuat dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, serta melalui partisipasi Bank Indonesia dalam pendanaan APBN.
“Soalan peran BI dalam membeli SBN yang kini diminta IMF agar dicukupkan sampai tahun 2022 jelas merupakan kebijakan yang sangat penting dan berdampak luas atas perekonomian. Narasi LTBI yang mengesankan seolah merupakan bantuan filantropis tidak sesuai dengan dampak yang cukup kompleks,” kata Awalil.
Dia merekomendasikan berbagai laporan atau dokumen kebijakan BI tidak bernuansa glorifikasi, melebihkan capaian, serta menyamarkan kondisi sulit dan tantangan berat yang masih dihadapi.
“Publik telah makin cerdas dan pasar pun memiliki banyak informasi yang cukup presisi. Jika BI memaksakan narasi yang kurang sesuai, maka bisa berdampak pada kurang efektifnya kebijakan,” pungkasnya. [rif]