Peran BI dalam membeli SBN yang kini diminta IMF agar dicukupkan sampai tahun 2022 jelas merupakan kebijakan yang sangat penting dan berdampak luas atas perekonomian
BARISAN.CO – “Bangkit dan Optimis: Transformasi Kebijakan dan Kelembagaan untuk Pemulihan Ekonomi” merupakan judul Laporan Tahunan Bank Indonesia (LTBI) 2021 yang dirilis Rabu lalu (26/01/22).
Disebutkan bahwa LTBI disusun sebagai pemenuhan kewajiban transparansi dan akuntabilitas Bank Indonesia yang diatur dalam Pasal 58 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2009.
Sebagai informasi, format LTBI 2021 yang tidak dilengkapi oleh laporan keuangan itu merupakan yang kedua kalinya setelah tahun 2020. LTBI 2020 dirilis Januari 2021. Sedangkan Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI) 2020 dirilis akhir Mei 2021.
LTBI pada tahun-tahun sebelumnya mencakup laporan keuangan, dan biasa dirilis sekitar bulan Mei hingga Juli tahun berikutnya. Laporan keuangan yang disajikan telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
LTBI 2021 berupa dokumen 180 halaman itu terdiri dari 4 bab isi dan satu bab lampiran. Dijelaskan secara cukup rinci tentang pelaksanaan tugas-tugas, capaian kinerja dan transformasi Bank Indonesia (BI) baik dari sisi kebijakan maupun kelembagaan selama tahun 2021 dan arahnya pada tahun 2022.
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam pengantarnya mengatakan proses pemulihan ekonomi nasional terus berlangsung dengan stabilitas yang tetap terjaga. BI mengklaim telah mengarahkan seluruh instrumen bauran kebijakan untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional dan menjaga stabilitas.
Disampaikan bahwa BI melanjutkan stimulus moneter dengan kebijakan suku bunga rendah dan injeksi likuiditas untuk mendorong proses pemulihan ekonomi. Koordinasi fiskal dan moneter semakin diperkuat melalui partisipasi Bank Indonesia dalam pendanaan APBN, termasuk untuk penanganan kesehatan dan kemanusiaan akibat pandemi Covid-19.
Bab 4 LTBI menjelaskan arah kebijakan BI tahun 2022. Prospek ekonomi Indonesia diyakini akan semakin membaik dan stabilitas perekonomian akan tetap terjaga. BI disebut akan terus bersinergi menjaga momentum kebangkitan dan membangun optimisme pemulihan perekonomian nasional.
Dijelaskan lebih lanjut, bauran kebijakan BI akan terus disinergikan dan menjadi bagian dari arah kebijakan ekonomi nasional. Arahnya ditetapkan dengan terus mencermati prospek ekonomi global beserta enam permasalahan yang menjadi agenda koordinasi kebijakan internasional dalam Presidensi Indonesia di G20 pada tahun 2022.
BI berjanji melakukan perhitungan matang, perencanaan seksama, dan komunikasi yang jelas atas bauran dari lima instrumen kebijakan. Yaitu: (i) kebijakan moneter, (ii) kebijakan makroprudensial, (iii) digitalisasi sistem pembayaran, (iv) pendalaman pasar uang, serta (v) ekonomi-keuangan inklusif dan hijau.
Pandangan berbeda disampaikan oleh Ekonom Awalil Rizky yang dihubungi redaksi barisan.co pada hari Minggu (30/01/2022). Awalil menilai LTBI 2021 agak berlebihan menggambarkan capaian perekonomian dan kinerja kebijakan BI.
Menurutnya, BI memang cukup berhasil menjaga stabilitas terkait tugas sebagai otoritas moneter. Namun tidak mampu mendorong akselerasi pemulihan ekonomi melalui berbagai instrumen moneter dan keuangan yang dikuasainya. Dicontohkan soal kredit yang masih tertahan, padahal jumlah uang beredar terus meningkat.
Awalil juga mengkritik LTBI 2021 yang tidak menjelaskan secara cukup terinci tentang kebijakan “berbagi beban” dengan Pemerintah dalam hal pembiayaan anggaran. LTBI hanya menyebutkan koordinasi fiskal dan moneter semakin diperkuat dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, serta melalui partisipasi Bank Indonesia dalam pendanaan APBN.