“Sudah! Sudah! Stoopp!” teriak Satpol PP yang berjaga di areal pertunjukan.
“Ada apa ini? Kenapa kalian berkelahi di sini? Ayo bubar!” hardik Pak Satpol PP.
“Dia mencuri pacar saya, Pak!” jawab Surti yang awut-awutan menunjuk Wati.
“Ndak! Dia yang mencuri pacar saya!” sahut Wati sewot dengan masih terengah-engah.
“Sudaaahhh! Kalian ndak usah bertengkar! Kalian damai saja, malu dilihat banyak orang! Eehh …Lho, itu kamu tho, Mbul?” Pak Satpol PP terkejut melihat Timbul bengong di antara kedua wanita itu.
“Eh … iya, Pak Kardi. Saya Timbul, Pak. Bagaimana kabar bapak?”
“Kamu kok ada di sini bersama wanita-wanita ini? Mengapa kamu pergi ndak memberi kabar lagi semenjak Srintil kamu hamili?!” tanya Pak Kardi Satpol PP mendelik teringat anaknya
“Haaaaa …? Menghamili?” kata Surti bersamaan dengan Wati melihat Timbul gelagapan kena damprat.
“Huuwaaaaa … Mas Timbul! Huwaaaa … kamu jahat! Huwaaaa ….!” teriak Surti yang gemuk menangis terduduk di aspal selayak anak kecil jengkel karena kehilangan mainan.
“Aku sudah percaya padamu, Mas. Kenapa kamu bisa menghianati? Uang berapa pun kamu minta dan perhiasan satu-satunya digadai aku beri dengan alasan emakmu sakit. Teganya kamu, Mas! Teganya-teganya-teganya!” Surti menangis syahdu bersamaan alunan musik dangdut yang terdengar dari arah panggung pertunjukan.
“Apa? Jadi Surti, kamu juga …,” kata Wati tak dapat meneruskan bicaranya.
“Lho, emakmu itu sudah meninggal, tho? ” tanya Pak Kardi Satpol PP.
“Apaaa?!” teriak Wati dan Surti bersamaan.
“B-b-benar, Pak.” jawab Timbul gagap tambah gelagapan.
“Jadi kamu menipu kami semua, ya?! tanya Wati marah.
“Weeeeladalah! ternyata kalian juga ditipu Timbul, tho? Ayo Timbul, kamu harus ikut ke kantor mempertanggungjawabkan perbuatanmu!” kata Pak Kardi sewot dan memerintahkan anak buahnya membawa Timbul masuk ke mobil Satpol PP.
“J-j-jangan, Pak. Ampun, Pak. Ampun … Surti, Wati tolong …,” Timbul kebingungan dan menghiba.
Bersamaan dibawanya Timbul masuk ke mobil Satpol PP, Wati dan Surti tak lagi saling berkelahi satu sama lain.
Mereka akhirnya saling berpelukan memaafkan kesalahan dan kebodohan mereka masing-masing. Dengan masih sesenggukan Surti memandang Wati menyesal karena yang telah dilakukannya tadi.
“Sudahlah, Surti. Kita sama-sama bodoh karena mau termakan rayuan penipu itu. Aku juga minta maaf telah emosi kepadamu,” kata Wati menyesal.
“Aku juga, Wati. Maaf, ya?”
Disaksikan kedua teman Surti dan orang di sekitarnya, mereka pun saling berpelukan penuh keakraban.
Seiring lampion dan kembang api yang menghiasi langit di atas Bendungan Banjir Kanal Semarang, keduanya menikmati kembali susana hingar yang menghibur semua orang yang menyaksikannya.
Dan dari dalam mobil Satpol PP yang sedang melaju, terdengar Timbul menangis hiba sambil memohon ampun kepada Pak Kardi ayah Srintil
“Ampun … Paaakkk. Ampuuunn ….”
Agung Wig
Smg 2022
Agung Wibowo; Penyair tinggal di Semarang, menulis puisi dan cerpen. Buku kumpulan puisi tunggalnya berjudul “Jalan Cinta.”