BARISAN.CO – Masyarakat pedesaan sering kali dianggap apatis terhadap politik, namun hal itu justru tidak benar. Ketua Jaringan Nasional (Jarnas) ABW Sumatera Utara, Andy Jaya Matondang menyebut, kabar tentang Anies telah diketahui oleh banyak masyarakat di Sumatera Utara, termasuk dari media sosial dan dialog di warung.
“Hangout itu bukan milih anak muda saja, tapi juga bapak-bapak dan mamak-mamak. Apalagi di kampung-kampung atau desa-desa, karakter ngopi di warung kopi selesai salat Subuh menjadi budaya masyarakat desa, sambil makan gorengan atau sarapan, mereka diskusi hebat,” terangnya.
Bisa kalah pengamat atau pakar di televisi kalau mereka mengulasnya, ujar Andy.
Menurutnya, tetap yang jadi topik diskusi ialah seputar politik, harga sembako yang mahal, serta ulasan-ulasan terkait pemimpin.
“Jarang mereka diskusi ngegosipin tetangganya, sekali-kali gosipin artis. Itupun kalau viral,” tuturnya.
Andy melanjutkan, hal itu bisa dilihat di hampir semua desa di Sumut, kecuali daerah minoritas Islam.
“Kalau yang mayoritas Kristen, biasanya mereka ngopi itu agak siangan sampai malam hari sambil main gitar dan main catur di warung-warung kopi desa,” lanjut Andi.
Saking pahamnya dengan kondisi politik di tanah air, namun tidak ada perubahan apa-apa pada kehidupan mereka, Andy menyampaikan,inilah yang akhirnya membuat mereka apatis.
“Sehingga, sangat rentan masyarakat desa itu di beli dengan uang ketika Pemilu, hanya sekadar bisa membayar uang ngopi mereka,” tegas Andy.
Itulah sebabnya ketika Jarnas ABW Tapanuli Selatan membuat gebrakan dengan Ekonomi Kerakyatan, masyarakat menyambutnya dengan begitu antusias, kata Andy.
“Sebab dimata mereka, inilah gerakan nyata untuk mengubah nasib mereka untuk menjadi lebih baik. Bukan dengan serangan fajar tiap Pemilu,” ujar Andy.
Andy menambahkan, kelemahan masyarakat desa itulah yang akhirnya dimanfaatkan para pecundang-pecundah politik setiap Pemilihan Umum (Pemilu).
“Misalnya saja caleg (calon legislatif), mereka ga pernah ketemu masyarakat, hanya ngasih uang berupa serangan fajar. Begitu terpilih ga pernah tau apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di Dapil-nya, sehingga masyarakat desa tidak pernah terangkat nasibnya menjadi lebih baik,” kata Andy.
Maka, konsep perubahan Anies, yang dimulai dari relawan tanpa bayaran, Andy berharap mudah-mudahan menjadi realita untuk membangun negeri ini menjadi beradab, bermartabat, dan membuat perubahan yang signifikan di masyarakat, terutama di masyarakat desa dalam pola berpikir dan pola kerja serta berpolitik.
Atas dasar itulah, DPW Jarnas Sumatera Utara juga turut menyosialisasikan ke masyarakat bahwa dengan politik uang akan menjadikan pemimpin merasa rakyatnya sudah dibeli.
“Niat untuk menyejahterakan rakyat jadi terabaikan. Yang muncul justru mengembalikan cost politik yang besar tersebut ke kantongnya pribadi, oligarki, maupun kelompok dan timsesnya,” tambahnya.
Akibatnya, Andy mengungkapkan, rakyat yang berada di sekitar daerah yang sumber daya alam (SDA) masih menganggur.
“Rakyat sekitar menganggung, tapi SDA-nya di habisi,” pungkasnya. [rif]