Di dunia metaverse bisa disebut sebagai second life, bisa seolah mempunyai identitas kedua karena bekerja dan bertindak di dunia itu.
BARISAN.CO – Pada Agustus 2021, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid mengumumkan formasi kepengurusan Kadin Indonesia periode 2021-2026. Dari nama-nama pengurus, Ilham Akbar Habibie terpilih sebagai Kepala Badan Riset dan Teknologi.
Dalam obrolan santai dengan Ilham, dia mengatakan sudah sejak lama aktif di Kadin, dan sudah ketiga kalinya menjabat di bidang ristek. Saat dua kali menjabat, masih disebut wakil ketua umum, baru kali ini diubah menjadi kepala badan agar lebih independen.
“Jadi, saya kira Kadin menekankan bahwasanya harus lebih memperhatikan riset dan teknologi karena salah satu titik lemah industri kita di Indonesia adalah ekonomi yang kurang merangkul itu. Penelitian itu jarang dilakukan, teknologi biasanya kita beli, tapi kita kembangkan sendiri, jadi memang harus kita perbaiki. Oleh karena itu dibentuk badan, kalau badan saya itu ada lima bidang, kerja sama dengan pemerintah dan akademia, kerja sama atau fokus dengan UMKM, digital, dan penanaman insentif,” kata Ilham kepada Barisanco di Jakarta.
Melanjutkan obrolan, pria kelahiran Jerman ini membahas soal Metaverse yang dianggap dunia di masa mendatang, seperti transaksi dan penjajakan, yang sebagian orang telah menggunakannya. Ilham melihat, untuk memasuki dunia Metaverse melalui satu alat, seperti Google untuk kemudian menggunakan teknologi VR (Virtual Reality). Di dunia itu bisa disebut sebagai second life, bisa seolah mempunyai identitas kedua karena bekerja dan bertindak di dunia itu.
Anggota Kehormatan ASEAN Federation of Engineering Organization (AEFO) di tahun 2009 ini menyebut dengan cara itu, kita sebenarnya sudah masuk ke dalam dunia Metaverse. Selanjutnya, ada juga Metaverse yang kita tidak sepenuhnya masuk ke dunia itu, hanya sebatas antar muka antara dunia nyata dan dunia lain itu, yaitu dengan teknologinya yang disebut AR (Augmented Reality).
“Sekarang sudah ada Google, kita tidak cari informasi, ga usah ketik lagi, cuma tinggal menyalakan kameranya sudah cari informasinya sendiri. Biar pun keadaan kita masih sepenuhnya di dalam alam semesta atau universe yang konvensional. Tapi, sebetulnya kita sudah bersentuhan langsung dengan suatu universe yang penuh dengan data, terutama melalui handphone kita yang disebut AR,” ujar Ilham.
Metaverse di Bidang Perekonomian
Sedangkan, untuk membayangkan Metaverse menjadi bagian dari dunia ekonomi di masa mendatang, Ilham menyebut sesungguhnya belum ada yang mengetahuinya secara menyeluruh. Dia menyampaikan bahwa kita sendri masih coba-coba.
“Saya beberapa hari atau minggu yang lalu pernah membaca sebuah artikel di satu koran dimana diciptakan BNI ingin ekspansi ke bisnis digital Metaverse bersama WIR Group. Saya lihat BNI masih meraba-raba, mereka juga belum tahu, bagaimana sebenarnya BNI nantinya membayangkan punya bagian daripada bisnisnya masuk ke metaverse,” ungkap Ilham.
Ilham menambahkan bahwa kita semua terkesima dengan kata kunci itu dengan membayangkan sesuatu yang fantastis, tapi sebenarnya belum benar-benar tahu manfaatnya. Menurutnya, saat ini, beberapa produk yang terlihat menarik, misalnya NFT.