BARISAN.CO – “Saya kira Barcelona seperti sedang makan roti hari ini dan kelaparan esok harinya,” ucap Fernando Carro, dikutip dari Marca. CEO Bayern Leverkusen itu melihat polah yang tidak lazim pada klub Catalan tersebut. Pasalnya, Barcelona sendiri sejatinya tengah didera masalah keuangan, namun mereka malah menggelontorkan dana jor-joran untuk menggaet sejumlah pemain top berbanderol harga tinggi, seperti Robert Lewandowski, Raphinha, Jules Kounde, dan lainnya.
Anomali demikian tentu berbanding terbalik dengan tata kelola klub sepak bola profesional di Jerman. “Mereka (klub-klub di Jerman) tidak ada yang melakukan sesuatu yang gila apalagi menghabiskan uang lebih dari pendapatan,” jelas Carro. Padahal, Bundesliga (Liga Jerman) tidak menerapkan aturan yang ketat, seperti Financial Fair Play (FFP) dan Salary Cap sebagaimana yang diterapkan di La Liga (Liga Spanyol).
Hal senada juga datang dari Juru Taktik Liverpool, Juergen Klopp yang sama bingungnya mengamati manuver Blaugrana-sebutan Barcelona- di jendela transfer musim ini. Katanya, ia bukan ahli keuangan, “apabila Anda memberi tahu saya (klub) sedang tidak ada uang, maka saya tidak menghabiskan apapun lagi,” ucapnya.
Walhasil, Barcelona kini sedang dalam pertaruhan yang amat beresiko lantaran keberaniannya meminang sejumlah pemain berharga dan bergaji tinggi. Padahal, di saat yang sama mereka sedang dipaksa berhemat untuk menstabilkan neraca keuangannya yang nyaris pailit. Wajar saja kemudian nada-nada sumbang ditujukan kepada mereka.
Seperti Dani Alves, mantan pemain Barcelona yang ikut buka suara mengomentari keanehan pergerakan mantan klubnya di bursa transfer sekaligus mengingatkan agar mereka tidak lupa dengan filosofi tim. “Barca sudah beradaptasi di pasar yang menurut saya amat gila sebagaimana yang klub lain lakukan, (tapi) mereka tidak boleh kehilangan filosofi tim, sebab itulah yang membikin mereka hebat,” terangnya, dikutip dari 90min.
Kini, setelah berhasil mengamankan tanda tangan pemain barunya, Barca terkendala dengan aturan FPP dan Salary Cap. Akibatnya, Jules Kounde yang baru didatangkan dari Sevilla belum bisa mereka daftarkan untuk tampil di La Liga 2022/2023. Oleh karena itu, Barca mau tidak mau harus memilih opsi memotong gaji pemainnya dan bahkan juga harus menjual beberapa pemainnya.
Warisan Hutang
Di sisi lain, keberhasilan Barca merekrut pemain-pemain berkelas, seperti Lewandowski, Frank Kessie, Andreas Christensen, Raphinha, dan Kounde sementara mereka tengah memikul hutang sebesar 1,3 miliar euro adalah manuver yang layak diacungi jempol. Entah apa janji yang mereka iming-imingkan kepada para pemain tersebut sehingga mau berlabuh ke Camp Nou.
Selain itu, soal hutang yang melilit Barca, itu dikarenakan kecerobohan presiden Barca sebelumnya, Josep Maria Bartomeu. Pada masanya dalam kurun waktu 2014 hingga 2019, ia telah melakukan pemborosan sebesar 1 miliar euro untuk belanja pemain yang dinilai gagal.
Kala itu, keputusannya sudah diwanti-wanti oleh La Liga untuk tidak mengalokasikan lebih dari 70 persen pendapatan tahunan hanya untuk menggaji pemain. Sayangnya, Bartomeu tak menggubris saran itu, sebab menurutnya tak ada aturan dari LFP dan UEFA yang melarang kebijakannya.
Sialnya, pandemi datang melanda, dan keuangan Barcelona yang rapuh membuatnya nyaris gulung tikar. Akhirnya, Bartomeu pun dilengserkan dari kursi kepresidenan serta mewariskan hutang klub kepada penerusnya, Joan Laporta.
Pertaruhan Masa Depan
Uniknya, mengendalikan sebuah klub yang tengah tipis kantongnya, Laporta bukannya mengambil sikap hati-hati. Ia justru tak beda dengan pendahulunya yang sama nekatnya menggelontorkan dana jor-joran untuk belanja pemain.