Aku pernah mendengar,
dari kaumku,
lelaki-perempuan tua-muda,
gelegak tawa kemenangan,
membahana memenuhi antero langit,
sedangkan di lain waktu,
mulut mereka meracau,
meminta doa selamat dan keberkahan,
di hadapan berhala kayu,
tuhan yang mereka ciptakan sendiri
Aku mendengar,
pesan daun zaitun kecil kepada merpati,
berbisik damai,
dengan bahasa paling senyap,
bahwasanya air sudah melesap,
semburat pelangi kelihatan,
dan sisa-sisa hati yang paling jahat,
berserakan di berbagai tempat,
tanpa nama,
tanpa catatan
Semarang, 5 Juni 2022

Christya Dewi Eka, lahir di Jakarta, besar di Bekasi, dan kini berdomisili di Semarang bersama 7 buah hatinya, lulusan Fakultas Sastra Indonesia Undip Semarang tahun 2003.
Beberapa karyanya dimuat di antaranya dalam antologi puisi multilingual Amor en Navidad (Sasami Asih, 2022), Angkatan Milenial Mengenang Sang Penjaga Sastra H. B. Jassin (Dapur Sastra Jakarta, 2022), Lima Titik Nol Masyarakat Cerdas dalam Puisi (Jagat Sastra Milenia, 2022), Khatulistiwa (Dari Negeri Poci XI, 2021), Kami yang Lupa (Tadarus Puisi V, Lumbung Puisi, 2021).
Antologi Puisi, Cerpen, Essai Bung Hatta jilid 2 (Apajake, 2021), Poiesis 1 (Poiesis Community and Circle, 2021), media digital Umakaladanews (2022), Semesta Seni (2022), Elipsis (2022), media Harian Nusa Bali (2021), Radar Pekalongan (2021), Maarif NU Jateng (2021), dan lain-lain.
Email: christyadewieka@gmail.com
Facebook: Christya Dewi Eka
Instagram: @christyadewieka2020