BARISAN.CO – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Muhadjir Effendy mengatakan buku Bung Hatta jilid 8 berjudul, “Ilmu Ekonomi, Dunia Usaha dan Perkembangan Masyarakat” adalah tepat untuk merefleksikan tentang pentingnya memiliki sistem ekonomi yang kuat berbasis kerakyatan.
“Bung Hatta sebagai intelektual dan bapak Koperasi nasional yang merumuskan gagasan pokok ekonomi kerakyatan, patut diteladani karena sangat relevan dan kontekstual dengan kondisi kekinian masyarakat Indonesia dan di masa akan datang,” ujarnya dalam Peringatan 120 Tahun Bung Hatta dan dan Peresmian Sunrise Lang Lombok sebagai Destinasi Wisata dan Literasi di selenggarakan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial (LP3ES), Jumat (12/8/2022).
Menurut Muhadjir konsep ekonomi kerakyatan yang dimanifestasikan melalui Koperasi telah terbukti mampu menjadi pilar ekonomi bangsa karena bertujuan meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggotanya berdasarkan prinsip-prinsip gotong royong dan kekeluargaan.
“Koperasi juga menjadi cerminan dan ideologi falsafah Pancasila yang bertujuan memakmurkan dan mensejahterakan rakyat. Dituangkan dalam Pasal 33 ayat 1 UUD 1945,” imbuhnya.
Muhadjir menyampaikan iklim Neoliberalisme Kapitalistik saat ini Koperasi memang menghadapi tantangan yang sangat berat. Tidak saja dalam konsep dan filosofisnya yang banyak kurang dipahami oleh generasi muda, namun juga dalam impelementasi koperasi itu sendiri.
“Karenanya harus ditanamkan Kembali nilai-nilai dan pentingnya ekonomi berbasis kerakyatan. Yakni berkoperasi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sekaligus memperkuat perekonomian bangsa. Koperasi dengan demikian harus mampu beradaptasi dengan system ekonomi liberal kapitalistik yang semakin menguat,” terangnya.
Ketua Pengurus Bineksos Ismid Hadad mengatakan membaca dan memperhatikan buku-buku bung Hatta di era revolusi 4.0 saat ini terutama pada generasi milenial, adalah pentingnya penggunaan teknologi big data, internet of things, Artificial intelligence, robotic dan lain-lain telah diulas oleh bung Hatta bahwa teknologi dan Ilmu Pengetahuan adalah faktor produksi yang netral.
“Bisa digunakan oleh siapapun dan untuk kepentingan apapun, tergantung bagaimana manusia memanfaatkannya,” imbuh pendiri LP3ES ini.
Menurut Rektor UNIKA Atma Jaya, Tony Prasetyantoko, Bung Hatta adalah sosok intelektual yang tidak duduk saja di belakang meja. Berlindung dengan konsep dan teori. Tetapi dia adalah seorang intelektual yang terlibat. Bung Hatta adalah intelelektual yang sangat terlibat dalam proses perjuangan kemerdekaan Indonesia, dan proklamator.
“Seorang intelektual organik tapi bukan intelektual tradisional. Bung Hatta juga wafat dalam posisi sebagai intelektual Kembali. Itulah luarbiasanya seorang Bung Hatta,” terangnya.
Tony Prasetyantoko menyampaikan buku Ilmu Ekonomi, Dunia Usaha dan Perkembangan Masyarakat ini jika dibaca dalam konteks perkembangan ilmu ekonomi hari ini sepertinya akan tidak berbunyi apa-apa.
“Karena hari ini ilmu ekonomi adalah ilmu yang sangat teknokratik. Harus selalu menggunakan ilmu ekonometri, ekuasi matematika, dan terkesan mencoba melepaskan diri dari Ilmu Sosial. Lebih ingin diakui sebagai ilmu teknokratik yang penuh dengan rumus perhitungan matematika dan sebagainya,” sambungnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pengurus LP3ES Didik J Rachbini mengatakan LP3ES sudah lebih setengah abad usianya pada bulan agustus ini. Penerbitan buku akademik bermutu terus berjalan sepanjang setengah abad tersebut.