BARISAN. CO – Penulis buku berkebangsaan Inggris, Salman Rushdie dikabarkan meninggal dunia di usia 75 tahun. Dia diserang di atas panggung pada sebuah acara di negara bagian New York.
Mengutip Guardian, Salman ditikam di leher dan polisi telah mengkonfirmasi kebenaran kabar tersebut.
Seorang reporter Associated Press yang menyaksikan kejadian tersebut menyebut, seorang pria menaiki panggung di Chautauqua Institution dan mulai menyerang Salman saat dia diperkenalkan. Penulis dibawa atau jatuh ke lantai, dan pelaku itu ditahan dan diamankan.
Sebuah pernyataan dari polisi negara bagian New York yang dirilis sekitar satu jam setelah insiden itu mengatakan bahwa Salman mengalami luka tusuk di bagian leher. Dia segera diangkut dengan helikopter ke rumah sakit di daerah itu. Dia diundang dalam acara untuk berbicara tentang pentingnya AS menawarkan suaka bagi penulis dan seniman lain di pengasingan.
Menurut keterangan polisi, pewawancara Salman juga diserang dan mengalami cedera kepala ringan.
Sedangkan saksi mata menyampaikan, seorang pria yang mengenakan topeng hitam bergegas ke atas panggung dan mulai menyerang Salman saat dia duduk di atas panggung.
Salman Rushdie Hidup di Bawah Ancaman Pembunuhan
Dia dikenal sebagai penulis kontroversial. Bukunya berjudul The Satanic Verses telah dilarang di Iran sejak 1988 karena dianggap menghujat kaum Muslim.
Karyanya itu dibuka dengan kelangsungan hidup dua pria India yang jatuh dari langit setelah jet yang membawa mereka ke Inggris meledak di udara oleh teroris. Kedua karakter ini kemudian mendapatkan kekuatan dewa dan iblis.
Kebiasaannya menggunakan kekejaman sejarah, khususnya melibatkan agama membuat The Satanic Verses menjadi buku prekognisi yang menakutkan. Menggambarkan peristiwa yang belum terjadi. Karakter lain dalam novel ini adalah seorang penulis yang dijatuhi hukuman mati oleh seorang pemimpin agama.
Judul novelnya tersebut mengacu pada ayat-ayat dari Al-Qur’an, yang kemudian dihapus oleh sejarawan Islam, menggambarkan saat nabi Muhammad secara singkat mengubah keyakinannya pada satu dewa, dan boleh menyebutkan tiga dewi lokal.
Mantan Presiden Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini menganggap tulisan itu ofensif dan menghina Islam. Ayatollah mengeluarkan fatwa yang menyerukan kematian bagi Salman Rushdie.
Penulis itu bersembunyi dan menerima perlindungan 24 jam dari penjaga keamanan Inggris. Istrinya, Marianne Wiggins selama tiga belas bulan bersembunyi bersamanya ketika muncul ancaman pembunuhan.
Pada 24 Februari 1989, Ayatulloh membuat sayembara berhadiah US$3 juta untuk kematian Salman.
Ancaman kematian tidak hanya tertuju kepada Salman. Namun juga, ke penerbit The Satanic Verses, setiap penjual buku itu, dan setiap Muslim yang secara terbuka menyetujui peluncurannya. Beberapa toko buku di Inggris dan Amerika menerima ancaman bom dan novel itu sempat ditarik dari rak penjualan buku terbesar di Amerika.
Dua pejabat Islam di London dibunuh karena mempertanyakan kebenaran hukuman mati Salman di sebuah acara bincang-bincang. Banyak pembakaran buku terjadi di seluruh dunia.
Pada tahun 1990, Salman Rushdie merilis novel fantasi Haroun and the Sea of Stories. Pada tahun yang sama, dia secara terbuka memeluk Islam dan meminta maaf kepada mereka yang tersinggung karyanya, The Satanic Verses.
Dia membuat beberapa penampilan di toko buku London untuk menandatangani karya terbarunya. Tetapi, bahkan setelah Ayatollah meninggal, penggantinya, Presiden Iran Hashemi Rafsanzani menolak untuk mencabut hukuman mati. Salman sesekali muncul di depan umum di bawah pengamanan ketat.
Dia terus menjalani kehidupan yang terisolasi. Novelnya berjudul The Moor’s Last Sigh yang terbit pada tahun 1995 menuai reaksi kemarahan dari para militan Hindu di India.
Pada tahun 1998, sebagai bagian dari upaya untuk memulihkan hubungan antara Iran dan Inggris, menteri luar negeri Iran, mengulangi kritiknya terhadap The Satanic Verses. Dia mengumumkan, Iran tidak berniat merugikan Salman atau mendorong siapa pun untuk melakukannya. Salman merasa lega dan mengatakan akan mengakhiri sembilan tahun pengasingannya.
Namun, di tahun 1999, sebuah yayasan di Iran memberikan hadiah US$2,8 juta untuk kepala Salman. Sebuah yayasan keagamaan Iran semi-resmi pun menambahkan US$500.000 untuk hadiah tersebut.