Tentu saja ini erat berkaitan dengan komitmen pemberantasan korupsi ke depannya. Lebih-lebih, persepsi publik tentang polisi belum sepenuhnya bagus. Kepolisian masih dianggap sebagai lembaga korup. Maka dengan tidak disertakannya lembaga-lembaga yang dapat mengekspos integritas sang calon Kapolri terkait korupsi, keraguan sebagian besar publik terhadap pilihan Presiden Jokowi cukup beralasan.
Soal profesionalisme juga banyak mendapat sorotan. Yang dimaksud di sini bukan profesionalisme Listyo Sigit as such, yang memang tidak usah dipertanyakan. Ia punya sederet prestasi mentereng. Namun, yang harus diantisipasi adalah soal profesionalisme polisi pada umumnya.
Sebuah keniscayaan bila pemilihan Listyo, seperti sudah disinggung di awal, akan banyak disorot sebagai faktor kedekatannya dengan Presiden. Ini dikhawatirkan, menurut Bambang Rukminto, memunculkan pikiran pragmatis di tubuh Polri bahwa tak perlu berprestasi untuk mendapat jabatan tinggi.
“Demikian bisa sangat berbahaya bagi pembangunan sumber daya manusia (SDM) Polri yang kompeten dan berintegritas.” Kata Bambang.
Banyak harapan di balik setiap kritik yang ada. Pada akhirnya, masyarakat ingin agar polisi tampil sebagaimana idealnya pengayom yang profesional, modern, dan tepercaya. Begitupun diharapkan bahwa Kapolri terpilih nantinya akan membawa nama institusi ini menjadi baik, setelah sekian lama dicoreng oleh kasus-kasus kekerasan yang dilakukannya kepada masyarakat sipil. [Dmr]