Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Ekspor-Impor Indonesia Surplus Besar

Redaksi
×

Ekspor-Impor Indonesia Surplus Besar

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CONilai ekspor Indonesia tahun 2020 mencapai US$163,31 miliar, sedangkan nilai impor hanya sebesar US$141,57 miliar. Neraca perdagangan mengalami surplus sebesar US$21,74 miliar. Setahun sebelumnya dialami defisit sebesar US$3,59 miliar. Hal itu tersaji dalam rilis BPS pada Jumat (15/01/2021).

Dilaporkan pula khusus neraca perdagangan nonmigas yang alami surplus sebesar US$27,69 miliar. Total ekspor nonmigas sebesar US$155 miliar dan impornya sebesar US$127,31 miliar.

Neraca perdagangan migas masih alami defisit, namun nilainya menurun dari tahun 2019. Defisit neraca perdagangan migas tahun 2020 sebesar US$5,95 miliar. Sedangkan defisit pada tahun 2019 mencapai US$10,10 miliar.

Sebenarnya, nilai ekspor tahun 2020 menurun dibanding tahun 2019. Bahkan, nilainya masih lebih rendah dibanding tahun 2017 dan 2018. Namun, laju penurunan impor jauh lebih besar, yang juga terendah sejak tahun 2017. Akhirnya, diperoleh surplus yang cukup melonjak pada tahun 2020. Bahkan, merupakan surplus terbesar selama 8 tahun terakhir, sejak tahun 2012.

Meski secara total terjadi penurunan nilai ekspor, beberapa golongan barang (HS 2 digit) mengalami peningkatan yang signifikan. Diantara golongan barang yang meningkat dan bernilai ekspor cukup adalah:  Lemak dan minyak hewan/nabati, Besi dan baja, Ikan dan udang, serta Mesin dan perlengkapan elektrik.

Golongan barang yang bernilai ekspor cukup besar, namun mengalami penurunan antara lain adalah: Bahan bakar mineral, Pakaian dan aksesorinya (bukan rajutan), Pakaian dan aksesorinya (rajutan), dan Bahan kimia anorganik.

BPS juga melaporkan perbandingan ekspor menurut sektor, antara tahun 2020 dengan 2019. Sektor migas mengalami penurunan sebesar 29,52%, sedang nonmigas hanya turun sebesar 0,57%. Namun, kelompok sektor pertanian pada nonmigas justeru tumbuh 13,98%. Sektor industri pengolahan pun masih bisa tumbuh, meski hanya sebesar 2,95%. Sedangkan ekspor produk pertambangan dan lainnya menurun drastic hingga 20,70%, terutama disumbang oleh menurunnya ekspor batubara.

Dalam hal impor menurut golongan barang (HS 2 digit), hampir seluruh golongan yang bernilai besar mengalami penurunan. Pengecualiannya atau yang masih meningkat adalah pada tiga golongan, yaitu: Ampas/sisa industri makanan; Perangkat optik,fotografi,sinematografi,medis; dan Logam mulia dan perhiasan/permata.

Laporan BPS tentang impor berdasar golongan penggunaan barang ekonomi memperlihatkan penurunan pada semua golongan. Golongan barang konsumsi turun sebesar 10,93%, bahan baku/penolong turun sebesar 18,32%, dan barang modal turun sebesar 16,73%. []


Kontributor: Awalil Rizky
Editor: Ananta Damarjati