Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Penyakit Ghuluw: Terjadi Masa Nabi Nuh, Rasulullah Saw Hingga Saat Ini

×

Penyakit Ghuluw: Terjadi Masa Nabi Nuh, Rasulullah Saw Hingga Saat Ini

Sebarkan artikel ini
penyakit ghuluw
Ilustrasi foto/Pexels.com

Sikap berlebihan dalam beribadah, bertentangan dengan ajaran Nabi Muhammad Saw yang menekankan keseimbangan dan moderasi dalam menjalani kehidupan spiritual.

BARISAN.CO – Berlebih-lebihan merupakan hal yang sangat dibenci dan bahkan dilarang dalam agama Islam, terlebih lagi dilakukan terkait dengan beragama. Sikap berlebih-lebihan atau melampaui batas dalam agama Islam disebut ghuluw.

Kata ghuluw berasal dari kata kerja gala – yaglu – guluwwan yang berarti irtafa’a (naik) atau zada (bertambah). Dalam kitab Lisan Al-Arab pengertian ghuluw adalah sikap atau perbuatan yang berlebih-lebihan dalam suatu perkara sehingga melampaui batas apa yang telah ditetapkan.

Sedangkan secara istlah adalah perbuatan atau sikap yang berlebih-lebihan dalam beragama terutama berhubungan dengan memuliakan atau meninggikan seseorang sehingga ditempatkan pada kedudukan yang yang bukan semestinya.

Larangan sikap meninggikan kedudukan yang bukan pada tempatnya sebagaimana firman Allah Swt dalam Surah Al-Maidah ayat 77:

قُلْ يَٰٓأَهْلَ ٱلْكِتَٰبِ لَا تَغْلُوا۟ فِى دِينِكُمْ غَيْرَ ٱلْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوٓا۟ أَهْوَآءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا۟ مِن قَبْلُ وَأَضَلُّوا۟ كَثِيرًا وَضَلُّوا۟ عَن سَوَآءِ ٱلسَّبِيلِ

Artinya: Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus“. (QS. Al-Maidah: 77).

Penyakit ghuluw dalam beragama merupakan penyakit yang menular dari dulu hingga sekarang, sebagaimana dipertegas firman Allah Swt di atas. Contonya terjadi pada masa Nabi Nuh, saat itu banyak orang berlaku syirik karena mendudukan seseorang bukan pada tempatnya.

Penyakit ghuluw ini terjadi karena banyak orang meninggikan orang-orang salih seperti Tuhan. Hal ini diterangkan dalam Al-Quran surah Nuh ayat 23:

وَقَالُوا۟ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

Artinya: “Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr.” (QS. Nuh: 23).

Hal di atas merupakan sikap berlebih-lebihan terhadap seseorang, selain itu ada juga yang berlebih-lebihan dalam beragama.

Penyakit ini juga terjada pada masa Nabi Isa dan bahkan juga pernah terjadi pada masa Nabi Muhammad Saw, dikisahkan ada tiga orang sahabat yang mengatakan akan melakukan ibadah melebihi ibadanya Rasulullah Saw.

وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: جَاءَ ثَلَاثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوْتِ أزْوَاجِ النَّبِيِّ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَسْأَلُوْنَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمَّا أُخْبِرُوْا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوْهَا، وَقَالُوْا: أَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ وَقدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. قَالَ أَحَدُهُمْ: أَمَّا أَنَا فَأُصَلِّيْ اللَّيْلَ أَبَداً، وَقَالَ الْآخَرُ: وَأَنَا أَصُوْمُ الدَّهْرَ أَبَداً وَلَا أُفْطِرُ، وَقَالَ الْآخَرُ: وَأَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلَا أَتَزَوَّجُ أَبَداً فَجَاءَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمْ، فَقَالَ: أَنْتُمُ الَّذِيْنَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا ؟ أَمَا وَاللهِ إِنِّيْ لَأَخْشَاكُمْ لِلهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، لَكِنِّيْ أَصُوْمُ وَأُفْطِرُ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِيْ فَلَيْسَ مِنِّيْ