Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Penyebab dan Cara Mengatasi Distraksi

Redaksi
×

Penyebab dan Cara Mengatasi Distraksi

Sebarkan artikel ini

Penelitian di tahun 2018 menunjukkan, otak kita memang dirancang untuk mengalami distraksi.

BARISAN.CO – Terkadang, mungkin di antara kita lupa mengerjakan sesuatu yang harusnya dikerjakan setelah mengalami distraksi. Misalnya, saat sedang berkonsentrasi bekerja, tiba-tiba telfon berdering. Suasana hening pun pecah dan mengacaukan pikiran kita.

Itu disebut dengan distraction (distraksi). Yaitu mengalihkan perhatian dari apa yang perlu dilakukan saat melakukan tugas.

Saya pun terkadang mengalaminya. Bahkan, saat posisi sedang memegang HP yang awalnya ingin mencari informasi, tiba-tiba ada pesan masuk. Tak lama setelahnya, saya lupa apa yang harus saya kerjakan. Baru beberapa detik kemudian, “Oiya, seharusnya mencari informasi tentang ini”.

Distraction dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk hilangnya minat pada aktivitas utama, ketidakmampuan untuk memperhatikan karena berbagai alasan, atau intensitas distraktor.

Namun, sebenarnya itu sering dihadapi orang lain juga. Sebab, penelitian di tahun 2018 menunjukkan, otak kita memang dirancang untuk mengalami distraksi. Penelitian dari ilmuwan Princeton University dan University of California, Berkeley itu menemukan, selama periode distraksi, otak berhenti sejenak dan memindai lingkungan untuk melihat apakah ada sesuatu di luar fokus yang mungkin lebih penting. Jika tidak ada, kita dapat kembali fokus dengan apa yang kita lakukan.

“Otak tidak dapat memproses segala sesuatu di lingkungan. Ini mengembangkan penyaringan yang memungkinkan untuk fokus pada beberapa informasi lainnya,” jelas Ian Fiebelkorn, peneliti asosiasi di Princeton University Neuroscience Institute (PNI) dan salah satu penulis makalah.

Melansir Healthshot, Dr Rahul Khemani, seorang psikiater terkenal, salah satu penyebab distraksi adalah kebosanan.

“Kebosanan adalah pengalaman universal; kita semua pernah merasakannya di beberapa titik atau yang lain. Tidak pernah ada satu hari pun di mana kita atau orang lain tidak mengatakan, bosan,” katanya.

Dia menambahkan, tapi sebenarnya, kebosanan dalam arti yang lebih dalam yakni segudang perasaan dan emosi yang kompleks.

“Itu lebih dari tidak ada hubungannya atau kemalasan dan itu adalah penyebab paling umum untuk terganggu,” tambahnya.

Berikut adalah beberapa penyebab utama lainnya dari distraction yang mungkin kita abaikan antara lain, yaitu:

  1. Memiliki masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, disleksia, attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD), dll.
  2. Terlalu banyak menunda-nunda pada dasarnya, menguras secara emosional, ketika terus menumpuk barang-barang dan membiarkannya sampai menit terakhir.
  3. Ketika kita tidak merasa cukup tertantang atau ketika aktivitas yang kita lakukan menjadi terlalu monoton, itu membentuk siklus perilaku yang berulang.
  4. Terjebak dalam lingkaran tenggat waktu yang konstan dan tidak pernah berakhir tanpa jeda nyata, itu mengarah pada gangguan dan frustrasi.
  5. Saat tidak bisa fokus karena berkurangnya rentang perhatian dalam kondisi, seperti attention deficit disorder (ADD).
  6. Tidak memiliki cukup motivasi atau tugas yang diberikan tidak cukup memuaskan.
  7. Alasan besar lainnya di balik gangguan adalah multi-tasking. Jika melakukan terlalu banyak hal sekaligus, kemungkinan besar kita tidak akan bisa fokus pada satu hal, terutama mental.

Lalu, bagaimana mengatasinya? Pertama, pastikan untuk merawat diri. Cari waktu untuk menjaga kesehatan fisik dan mental, seperti berolahraga setiap hari, makan tepat waktu, dan tidur yang cukup.

Kedua, ubah rutinitas. Putuskan siklus kebosanan dengan menemukan cara kreatif dalam melakukan tugas harian.

Terakhir, konsultasikan dengan profesional kesehatan mental untuk mengatasi masalah apa pun yang berkaitan dengan kesehatan emosional. Terapi untuk pikiran seperti spa untuk tubuh dan meditasi untuk pikiran.