BARISAN.CO – Setiap tanggal 31 Mei diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau. Perayaan ini ditujukan untuk memperingati publik bahaya penggunaan tembakau pada kesehatan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada 1987 untuk menyebarkan bahaya merokok pada publik, termasuk penyakit apa saja yang lebih berisiko diderita perokok.
Pada tahun 1987, Majelis Kesehatan Dunia mengeluarkan Resolusi WHA40.38, yang menyerukan tanggal 7 April 1988 untuk menjadi “hari tanpa rokok sedunia”. Kemudian, pada tahun 1988, Resolusi WHA42.19 disahkan, yang menyerukan bahwa perayaan Hari Tanpa Tembakau Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 31 Mei.
WHO juga menyatakan, Perokok juga disebut memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terkena penyakit COVID-19 yang parah dibandingkan non perokok. Pasien COVID-19 perokok bisa mengalami gejala serius hingga meninggal.
“Perokok memiliki risiko lebih besar mengalami gejala yang parah dan meninggal akibat COVID-19,” ujar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melalui Instagram @aniesbaswedan, Senin (31/5/2021).
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik pada Maret 2019 lalu, sebanyak 26 persen warga DKI Jakarta adalah perokok dan menghabiskan 10,3 batang rokok per hari.
Orang nomor satu di Jakarta ini mengajak, masyarakat untuk berhenti merokok guna menciptakan kualitas hidup yang lebih sehat bagi diri sendiri dan keluarga. Segala jenis rokok harus ditinggalkan.
“Berani berhenti merokok, apa pun jenisnya. Ayo berhenti merokok,” paparnya.
Menurutnya, uang yang tadinya dibelikan rokok kini harus mulai ditabung. Uang tabungan itu untuk kebutuhan sehari-hari keluarga.
“Bisa Iebih banyak menabung, dan bisa dibelanjakan untuk hal-hal yang Iebih bermanfaat,” papar dia.
Sementara itu menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Indonesia menjadi negara peringkat ketiga jumlah perokok terbesar di dunia setelah India dan Tiongkok. Bahkan, kata dia perokok dari usia 10 hingga 18 tahun juga terus bertambah.
“Risiko perokok (dapat menimbulkan) penyakit tidak menular dan dapat meningkatkan kerentanan paparan terinfeksi virus corona, serta keparahan COVID-19 yang lebih,” ucap Budi dikutip dari Instagram @aniesbaswedan. [rif]