JURUS pertama mendidik anak adalah memperlakukan mereka sebagai anak yang pintar.
Sikap dan tindakan orang tua menunjukkan hal itu antara lain berupa: 1. Yakin bahwa anaknya memang pintar; 2. Tidak pernah mengatainya sebagai anak bodoh; 3. Mengajak anak melakukan sebagian aktivitas yang biasa dikerjakan orang tua; 4. Sering berbincang dengan anak.
Sikap pertama dan utama dalam memperlakukan anak sebagai anak pintar adalah keyakinan orang tua bahwa anaknya memang pintar. Keyakinan yang terpelihara dalam hati dan mewarnai pikiran. Hal itu akan terefleksi atau diperlihatkan dalam berbagai ucapan dan perlakuan orang tua kepada anaknya.
Ihwal ucapan orang tua ini sebenarnya sangat penting. Pengalaman memperhatikan para tamu yang datang bersama anaknya, baik di rumah maupun di toko usaha saya, sering terjadi peristiwa yang kurang baik. Sebenarnya merupakan kejadian biasa ketika anak-anak memegang barang pajangan di meja atau barang dagangan di toko, namun orang tuanya sering merasa tidak nyaman. Mereka sering mengatakan, “maaf, anak ini nakal”.
Padahal bisa dipastikan orang tua tidak ingin anaknya menjadi nakal. Seharusnya, jangan ucapkan kata nakal secara demikian, meski hanya bagian dari sopan santun bertamu. Demikian pula dengan ucapan tentang kepintaran anak. Jangan sampai mengucapkan kata yang bersifat sebaliknya.
Saya sendiri sangat yakin semua anak sebenarnya terlahir pintar. Dua bukti besar yang nyata dan tampak di depan mata kita. Pertama, anak bisa berjalan pada umumnya sebelum berusia 2 tahun. Kedua, anak mampu berbicara secara lengkap pada umumnya sebelum berusia 5 tahun.
Orang tua bisa dikatakan tidak menyiapkan atau mengajarkan tahap-tahap khusus agar bisa berjalan. Biasanya hanya merangsang atau membantu, seperti dengan cara memegangi tangan agar mampu melangkah. Disebut “menetah” dalam masyarakat Jawa, sebagai lingkungan hidup keluarga saya. Itu pun baru dilakukan ketika anak terlihat sudah bisa berdiri dan bersemangat untuk berjalan.
Begitu pula dalam proses perkembangan motorik anak sebelumnya. Anak tidak secara khusus diajari berguling, tengkurap, merangkak, duduk, berdiri dan merambat. Pada dasarnya, anak melakukan sendiri dan terus menerus melatih otot-ototnya. Tindakan orang tua atau pengasuh hanya bersifat bantuan. Lihat, betapa pintarnya anak-anak kita.
Dalam hal kemampuan berjalan, saya dan suami bahkan tidak pernah mengajari apapun, termasuk menetah. Semua 4 anak saya dengan sengaja tidak banyak dibantu secara langsung. Kami yakin itu merupakan bagian dari perkembangan motorik alami. Kami hanya mengusahakan lingkungan atau penataan rumah yang cukup lega dan aman jika mereka memutuskan untuk mulai berjalan.
Kenyataannya, semua anak kami bisa berjalan pada usia yang lebih muda dari kebanyakan anak lain. Ira pada usia 9 bulan 10 hari, Adli pada usia 10 bulan, Aya pada usia hampir 12 bulan, dan Akram pada usia 11 bulan.
Sementara itu dalam hal kemampuan berbicara sebenarnya orang tua juga tidak mengajari secara khusus. Paling jauh mengajari mengucapkan beberapa kata yang terbilang sulit. Sebagian besar kosa kata anak ketika dia berbicara merupakan hasil prosesnya dalam mendengar, mengikuti ucapan serta menyerap percakapan orang dewasa di sekitarnya.
Dalam buku psikologi perkembangan anak disebut bahwa anak usia 12-18 bulan pada umumnya mengucapkan kata tunggal. Namun, maksudnya serupa dengan kalimat pada ucapan orang dewasa. Misalnya “beri” sambil mengacu pada satu mainan merupakan kalimat yang dapat berarti “berikan saya mainan itu”.