Jangan lupa, bahwa pengertian kesejahteraan umum mesti diartikan kemakmuran bagi seluruh rakyat, tanpa terkecuali. Faktanya, ketimpangan masih soalan yang amat serius. Gini rasio yang biasa dikemukakan sebagai indikasi perbaikan, memiliki banyak kelemahan. Antara lain karena basis data yang dipakai merupakan besaran pengeluaran. Bukan pendapatan, apalagi kekayaan. Indikator ketimpangan terkait pendapatan dan terlebih kekayaan, memburuk selama era reformasi.
Ketiga, Mencerdaskan kehidupan bangsa
Dalam beberapa hal telah tercapai kemajuan yang pesat. Hampir seluruh rakyat Indonesia, melek huruf. Bahkan kini, separuhnya sudah biasa mengakses informasi melalui internet. Pendidikan formal rata-rata yang ditempuh terus meningkat.
Akan tetapi kita menyadari bahwa berbagai capaian di bidang Pendidikan masih belum sesuai harapan. Sebagian besar rakyat masih belum berpendidikan tinggi. Dan salah satu soalan terbesar justru pada kualitas Pendidikan formal.
Capaian kurang menggembirakan lebih tampak jika perwujudan mencerdaskan kehidupan bangsa bukan hanya terkait pada Pendidikan formal, melainkan dilihat secara lebih luas. Diantaranya: minat baca yang masih rendah, tingkat literasi hal-hal utama dalam bernegara, topik wacana publik yang viral, dan lain sebagainya.
Kita tentu percaya dan yakin bahwa secara potensial, rakyat Indonesia pada umumnya cerdas. Tampak pada keberhasilan anak-anak muda dalam olimpiade sains, inovasi teknologi, kreatifitas dalam banyak bidang, dan semacamnya.
Jika perwujudan kehidupan bangsa yang cerdas mengalami kendala atau bahkan kemunduran, maka soalannya bukan pada potensi. Dan terutama bukan pada generasi muda yang potensial serta menjanjikan. Melainkan pada suasana kehidupan berbangsa dan bernegara yang kurang kondusif. Dan kembali pada soalan peran pemerintah yang belum optimal.
Kita bisa mengatakan bahwa upaya perwujudan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan kunci dari pencapaian tujuan lainnya. Jika hal ini mengalami stagnasi apalagi kemunduran, maka capaian tujuan lain akan mengikutinya.
Hanya bangsa yang cerdas, yang mampu melindungi dirinya dengan baik. Hanya bangsa yang cerdas, yang akan merasakan tingkat kesejahteraan umum yang tinggi. Dan hanya bangsa yang cerdas, yang akan bisa tampil pada pentas dunia sebagai pelaku utama perwujudan ketertiban dunia yang damai dan berkeadilan sosial.
Keempat, Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Dalam hal ini, harus diakui bahwa peran kita lebih mundur dari masa lalu. Kita mungkin tak terlibat dalam perusakan, tetapi juga kurang aktif dalam menjaga atau mewujudkan ketertiban dunia.