Scroll untuk baca artikel
Video

PIDATO HARI KEMERDEKAAN BARISAN NUSANTARA

Redaksi
×

PIDATO HARI KEMERDEKAAN BARISAN NUSANTARA

Sebarkan artikel ini
Awalil Rizky sebagai Ketua Dewan Pembina BARISAN NUSANTARA

Saudara-saudara pengurus, anggota dan simpatisan Barisan Nusantara yang saya hormati.

Bangsa Indonesia secara resmi telah merdeka selama 75 tahun pada hari ini.

Kita tidak pernah dan tidak boleh lupa betapa besarnya pengorbanan para pahlawan dan rakyat Indonesia dahulu untuk meraih status merdeka secara resmi tersebut.

Dan yang paling tidak boleh dilupakan adalah tujuan kemerdekaan itu sendiri. Mengapa mereka bersedia memberi pengorbanan yang amat besar untuk merdeka.

Kita beruntung, para pendiri bangsa ini telah menyampaikan secara jelas dan tegas tujuan Indonesia merdeka. Dicantumkan dalam Pembukaan UUD 1945.

Kewajiban kita sebagai rakyat, sebagai komponen utama bangsa Indonesia, melakukan perenungan dan bahkan pemeriksaan tentang sejauh mana tujuan merdeka telah diwujudkan.

Kewajiban itu disikapi secara lebih jauh, lebih serius dan diikuti kegiatan nyata oleh para pegiat Barisan Nusantara. Barisan Nusantara sebagai suatu organisasi kemasyarakatan, perkumpulan orang-orang yang dalam visi-misinya menyatakan keinginan medorong perbaikan terus menerus dalam kehidupan berbangsa bernegara.

Mari kita renungkan sejenak masing-masing tujuan merdeka yang dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945.

Pertama, Melindungi segenap bangsa Indonesia.

Sebagian tujuan ini telah terwujud. Kebanyakan rakyat Indonesia tidak lagi dibunuh secara semena-mena. Harta kekayaan mereka pun secara legal formal dilindungi. Keselamatan mereka relatif terjamin.

Meski demikian, kemajuan perwujudan perlindungan ini tampak melambat belakangan ini. Bahkan, mengalami kemunduran dalam beberapa hal. Perlindungan hukum bagi rakyat kecil terasa melamah. Perlakuan diskriminatif masih dialami terkait SARA ataupun kelas sosial ekonomi. Kepemilikan harta kurang terjamin, masih mudah diambil alih, bahkan dengan cara yang legal, namun karena kondisi keterpaksaan.

Pemerintah mesti lebih serius memperbaikinya. Pemerintah lah yang paling bertanggung jawab dalam upaya perwujudan tujuan ini.

Kedua, Memajukan kesejahteraan umum

Rakyat Indonesia kini memang tampak sudah lebih sejahtera dibanding era satu atau beberapa dekade sebelumnya. Akan tetapi, ada banyak catatan penting atas beberapa aspek yang belum betul-betul membaik. Masih cukup banyak rakyat yang kondisi hidupnya masih rawan, bahkan memprihatinkan.

Pandemi covid-19 seolah membuka mata semua pihak, bahwa tingkat kesejahteraan dari sebagian besar rakyat masih jauh dari harapan. Telampau banyak yang taraf kehidupan ekonominya rentan. Ada goncangan, langsung menjadi miskin atau hampir miskin.

Jangan lupa, bahwa pengertian kesejahteraan umum mesti diartikan kemakmuran bagi seluruh rakyat, tanpa terkecuali. Faktanya, ketimpangan masih soalan yang amat serius. Gini rasio yang biasa dikemukakan sebagai indikasi perbaikan, memiliki banyak kelemahan. Antara lain karena basis data yang dipakai merupakan besaran pengeluaran. Bukan pendapatan, apalagi kekayaan. Indikator ketimpangan terkait pendapatan dan terlebih kekayaan, memburuk selama era reformasi.

Ketiga, Mencerdaskan kehidupan bangsa

Dalam beberapa hal telah tercapai kemajuan yang pesat. Hampir seluruh rakyat Indonesia, melek huruf. Bahkan kini, separuhnya sudah biasa mengakses informasi melalui internet. Pendidikan formal rata-rata yang ditempuh terus meningkat.

Akan tetapi kita menyadari bahwa berbagai capaian di bidang Pendidikan masih belum sesuai harapan. Sebagian besar rakyat masih belum berpendidikan tinggi. Dan salah satu soalan terbesar justru pada kualitas Pendidikan formal.

Capaian kurang menggembirakan lebih tampak jika perwujudan mencerdaskan kehidupan bangsa bukan hanya terkait pada Pendidikan formal, melainkan dilihat secara lebih luas. Diantaranya: minat baca yang masih rendah, tingkat literasi hal-hal utama dalam bernegara, topik wacana publik yang viral, dan lain sebagainya.