BARISAN.CO – Banyak orang berkeinginan mengadakan pesta pernikahan seperti yang diidam-idamkan. Namun, banyak juga orang yang terjebak utang untuk dapat merealisasikannya.
Dari riset yang dirilis LendingTree, ada 47 persen pengantin baru yang terlilit utang pernikahan yang lalu berpikir untuk bercerai dan 36 persen responden menyampaikan mereka berdebat dengan pasangan tentang uang. Secara keseluruhan, satu dari empat pengantin baru menyesal telah menghabiskan begitu banyak biaya untuk pesta pernikahannya.
Hal senada juga dipublikasikan The Knot yang berdasarkan penelitiannya pada 2017 lalu menyebut, sekitar 23 persen responden sangat stres dengan biaya pernikahan mereka. Meski demikian, tekanan dari keluarga (29%), teman-teman (18%), dan masyarakat (16%) membuat responden terpengaruh dalam menghabiskan uang untuk menggelar pesta pernikahan.
Menariknya, laki-laki cenderung lebih tertekan dibanding perempuan. Sekitar 34 persen laki-laki mengatakan mereka tertekan oleh keluarga sedangkan perempuan sekitar 27 persen. Sedangkan laki-laki cenderung lebih tertekan dengan teman-temannya (24%) dibanding perempuan (14%).
Di Indonesia sendiri, banyak yang mengalaminya. Berhutang sebelum mengadakan pesta pernikahan. Serta berharap kotak amplop yang disediakan kelak akan dapat menutup utang yang diambil sebelumnya.
Namun, pandemi mengubahnya. Banyak pasangan yang memilih untuk ijab kabul hanya di KUA untuk menghemat biaya terlebih dibatasinya tamu undangan juga memengaruhinya.
Pernikahan mikro kini menjadi tren. Selain itu, ada berbagai manfaat dari pernikahan mikro antara lain, sebagai berikut:
- Memperoleh quality time bersama pasangan, keluarga, serta tamu undangan. Lebih terhubungnya satu sama lain dalam acara pernikahan tersebut akan memberi kenangan yang sangat berkesan melalui percakapan satu sama lain di dalamnya.
- Pesta kecil-kecilan juga akan membuat anggaran pesta pernikahan lebih hemat.
- Tidak perlu kelelahan berdiri seharian demi menyalami tamu satu persatu.
- Tidak mengalami kekurangan atau kelebihan makanan dan minuman. Saat mengadakan pesta besar, umumnya makanan dan minuman yang dipesan dihitung dari jumlah undangan yang disebar dikali dua. Namun begitu, terkadang satu undangan dihadiri oleh dua atau lebih orang atau bahkan yang datang hanya separuhnya.
Pernikahan memang menjadi peristiwa sakral, namun begitu berutang demi membuat pesta mewah demi menjaga gengsi atau menghindari omongan orang seseungguhnya akan menjadi beban di kemudian hari. Ditambah, hari ini masih banyak orang yang memerlukan pertolongan. Akan lebih baik, jika uang tersebut didonasikan demi hajat banyak orang. [rif]