Acara ulang tahun anak pun tak lagi di rumah tetapi di restoran-restoran cepat saji atau fast food.
George Ritzer mendefinisikan istilah McDonaldisasi sebagai sebuah proses di mana bebagai prinsip restoran cepat saji hadir untuk mendominasi lebih banyak sektor kehidupan dunia termasuk di Amerika Serikat.
Bahkan sosiolog dari Universitas Maryland ini memberikan contoh, selain dunia politik dan pendidikan McDonaldisasi juga merasuk hingga ke urusan pekerjaan, perawatan kesehatan, waktu luang dan diet.
Ritzer menjelaskan, empat alasan model McDonald’s atau McDonaldisasi tak bisa ditangkal. Pertama, McDonal’s menawarkan efisiensi atau metode optimal bagi perolehan dari satu ke lain poin.
Bagi konsumen, McDonald’s menawarkan pilihan terbaik dalam waktu cepat untuk pemenuhan rasa lapar.
Kedua, McDonald’s menawarkan daya itung atau perekanan pada aspek kuantitatif atas produk yang dijual (ukuran porsi, ongkos) serta layanan yang ditawarkan. Lebih-lebih ada anggapan di masyarakat bahwa yang besar itu kualitasnya lebih baik. Ini bisa dilihat dari kasus di Indonesia ketika seseorang menilai perguruan tinggi yang dibangun mentereng atau megah serta mahasiswanya bejibun identik dengan kualitas yang bagus.
Ketiga, McDonald’s menawarkan daya prediksi. Ini ada kaitannya dengan rasa yakin bahwa produk dan layanan akan tetap, sepanjang waktu dan dapat ditemukan di seluruh lokasi. Logika McDonald’s menawarkan kepastian bahwa sesuatu yang terjadi hari ini akan terjadi juga di masa datang. Atau rasa jenis makanan tertentu hari ini akan tetap sama rasanya di bulan atau tahun mendatang.
Keempat, McDonald’s menawarkan kontrol. Organisasi McDonald’s berada pada tingkat kontrol yang tinggi. Mereka dilatih untuk mengerjakan sejumlah pekerjana sesuai jatah waktu. Teknologi yang dipakai akan memperkokoh kontrol ini. Pengelola dan pengawas pun merasa yakin pekerja akan tunduk pada alur yang ditentukan.
Prinsip-prinsip dalam McDonaldisasi itu sebenarnya adalah komponen dasar dari sistem masyarakat modern. Prinsip-prinsip itu sebenarnya rasional namun dalam ruang praksis malah memperlihatkan irasionalitas.
Bahkan disebutkan, McDonaldisasi malah melahirkan dehumanisme sistemik. Dalam dunia politik McDonaldisasi bisa membuat penguasa melakukan abuse of power dan cenderung otoriter. Oposisi dinihilkan bahkan diberangus.
Ritzer pesimistis, pengaruh negatif McDonaldisasi dapat ditumpas habis, melainkan hanya dapat dikurangi. Bahkan aksi-aksi untuk membendung pengaruh negatif McDonaldisasi ibarat polisi pamong praja yang memberantas prostitusi. Alih-alih, pelacuran hilang tetapi tambah marak.