Direktur LP3ES, Wijayanto mengatakan Ketidakhadiran para politisi pada acara Sekolah Demokrasi Belanda, salah satu alasannya bisa berdampak rencana besar koalisi
BARISAN.CO – Direktur Pusat Media dan Demokrasi, LP3ES Wijayanto mengatakan satu kekurangan yang cukup mencolok dari acara Sekolah Demokrasi Belanda yakni taka da satu pun politisi yang kami undang di acara penutupan yang bisa hadir. Para politisi tidak dapat hadir di menit terkahir karena alasan kesibukan dan kepadatan jadwal.
“Namun alasan ini kami terima namun sangat sulit untuk kami mengerti. Dengan kemajuan teknologi seperti sekarang, mereka hanya perlu memencet tombol zoom dan langsung terhubung dengan Belanda,” ujarnya dalam catatan paska Sekolah Demokrasi Belanda, Senin (27/6/2022).
Lebih lanjut Wijayanto menyampaikan tapi ini bukan hanya perkara teknis. Ketidakhadiran itu menerbitkan cemas karena karena pada saat yang sama kami mendengar bahwa salah satu alasan utamanya adalah sebagian besar politisi ini ingin terlebih dahulu fokus pada agenda mengamankan koalisi. Kehadiran pada forum ini bisa berdampak pada rencana besar koalisi itu.
“Tampak sekali bahwa kita hanya memiliki politisi yang di dalam pikiran mereka adalah pemilu berikutnya, bukan negarawan yang memikirkan nasib bangsa 100 tahun yang akan datang,” imbuhnya.
Menurut Wijayanto di tengah gegap gempita pemilu 2024 yang sudah demikian dekat, kita sangat sulit untuk mengetahui visi pemimpin hari ini yang merupakan calon pemimpin bangsa 2024 tentang masa depan demokrasi kita.
“Setiap hari kita hanya membaca berita tentang kemungkinan koalisi atau trend elektabilitas, namun tidak pernah mendengar bagaimana gagasan mereka. Maka semestinya forum ini adalah kesempatan untuk diskusi, menyampaikan gagasan dan visi untuk masa depan bangsa, apalagi dengan puluhan media yang meliput dan melaporkannya,” terangnya.
Forum seminar sekolah demokrasi diadakan oleh lembaga yang tak perlu diragukan kredibilitasnya: LP3ES yang konsisten menerbitkan kajian demokrasi selama lebih dari setengah abad.
KITLV lembaga kajian ilmiah yang prestius di Belanda yang telah berusia ratusan tahun, Universitas Diponegoro salah satu perguruan tinggi terbaik di negeri ini, dan PPI Leiden yang melahirkan para pemimpin bangsa dahulu dan hari ini.
“Undangan semacam ini semestinya adalah kehormatan bagi para politisi itu dan juga kesempatan yang sangat baik untuk menyampaikan gagasan mereka tentang masa depan,” ujar Wijayanto.
Yang lebih istimewa menurut Wijayanto semua politisi yang kami undang adalah sarjana, kandidat doktor bahkan doktor atau doktor honoris causa. Gelar-gelar itu semestinya adalah refleksi bahwa mereka semua adalah pembelajar.
Sebagai sesama pembelajar dan pencinta ilmu pengetahuan, kesempatan diskusi itu adalah kemewahan. Membaca, menulis dan berdiskusi adalah syurga bagi para pembelajar.
“Maka keengganan untuk hadir di forum yang demikian akademis sungguh menerbitkan Tanya,” jelasnya. [Luk]