BARISAN.CO – Manusia mulai resah dengan namanya polusi. Mulai merasakan musim yang sudah tidak teratur, udara yang panas dan bahkan bau tidak sedap dari got-got samping rumah. Polusi telah memenuhi ruang hidup manusia; polusi udara, polusi tanah, dan polusi air yang berdampak pada kerusakan lingkungan.
Poluisi udara, sudah mulai merasakan panasnya ruangan sehingga rumah-rumah membutuhkan kipas angina dan AC. Begitu juga dengan polusi tanah, banyaknya penggunaan pupuk kimia dan bahan yang tidak ramah lingkungan membuat tanah makin keras dan kering. Pada akhirnya membuat produk makanan yang dihasilkan jadi tidak sehat. Apalagi polusi air, sebagai sumber kehidupan tidak dapat lepas dari air.
Manusia sangat menikmati polusi tersebut. Ketenangan dalam menghirup udara kotor dari corong knalpot hingga corong-corong pabrik yang menghiasi langit. Begitupun juga kita sangat merasakan manisnya bau comberan. Karena kita menjadi bagian dari aktifitas penebar polusi.
Polusi tidak hanya terjadi di luar diri manusia, bahkan manusia sendiri mulai terserang dengan namanya polusi. Polusi diri mulai menempel sehingga memunculkan tumor dari ke hari makin membesar. Tumor tersebut yakni polusi diri berupa rohani manusia.
Jika polusi jasmani manusia, polusi yang melekat pada tubuh kita seperti bau badan, bisa jadi kurang mandi atau bau badan yang terlalu beraroma wangi sehingga orang di sekitar merasa tidak nyaman.
Namun tidak begitu menyakitkan, karena polusi diri pada jasmani bisa dibersihkan. Misalnya bau badan karena belum mandi, solusinya adalah mandi dan tentu jangan sampai ketinggalan parfumnya.
Sesungguhnya yang mengancam kita saat ini bukanlah polusi udara, tanah, air maupun polusi jasmani yang ada pada diri kita. Akan tetapi polusi rohani, yang banyak mengancam keberlangsungan tata kehidupan ini.
Manusia tahu membuang sampah sembarangan itu tidak baik, manusia tahu bahwa korupsi adalah perbuatan hina, dan mengetahui namum hanya bisa mentertawai. Mari tertawa bersama, ya tertawa tentang ketidasaran manusia.
Bahkan polusi diri mulai merambah menuju polusi dunia maya, ia mengepakan sayapnya ke media-media online dan media sosial. Manusia saling tikam, memberikan informasi yang tidak semestinya dan bahkan karena status atau postingan berkakibat masuk jeruji besi.
Sungguh sangat miris, tentu hal ini karena polusi rohani.