Tanpa mengabaikan atau dikombinasikan dengan metode sosialisasi atau kampanye secara konvensional/tatap muka. Seperti melalui pembuatan dan penyebaran Alat Peraga Kampanye, kunjungan ke tokoh-tokoh senior partai, ulama, pesantren, dan sebagainya. Sebab sosialisasi dengan secara tatap muka mempunyai makna dan dampak psiko politik serta magnitude tersendiri yang bisa langsung dapat terilihat secara kasat mata. Itu semua hanya bisa dilakukan manakala PPP mempunyai kemampuan dalam manajemen kampanye dan sekaligus manajemen informasi atau media yang mumpuni.
Singkat kata, dengan memahami sedikit metode penelitian lembaga survei serta faktor-faktor yang mengitari PPP, baik secara internal maupun eksternal, maka para aktivis khususnya elit PPP, tidak perlu kebakaran jenggot. Apalagi bersikap emosional atau irrasional merespon hasil survei tersebut dan apalagi menuding secara membabi buta bahwa telah terjadi proyek yang secara sistematis menggusur PPP melakukan gerakan politik berbasis ilmiah dari parlemenn. Sebab, bila hanya sekadar berhenti menuding seperti itu tidak akan menjawab masalah secara substnsial dan fundamental yang dihadapi oleh PPP saat ini.
Sebaliknya akan lebih cerdas, rasional dan bijak, manakala kesimpulan hasil riset tersebut dijadikan dijadikan pelajaran dan peringatan (alarm) sekaligus starting point bagi elit dan seluruh jajaran kepengurusan partai pada semua hirarki, terutama di tingkat pusat untuk menyatukan visi, memperbarui tekad dan komitmen serta memperbaiki kinerja PPP secara menyeluruh, baik secara struktural, jaringan dan kualitas personal caleg yang maju di Pileg 2024. Dan itu semua harus dilakukan dengan gercep (gerak cepat), namun terukur dan efektif hasilnya. Sebab, ibarat perang, musuh sudah di depan mata. Pileg atau Pilpres 2024 tinggal kurang lebih dari satu tahun.