Scroll untuk baca artikel
Blog

Primadona Tobong – Cerpen Noerjoso

Redaksi
×

Primadona Tobong – Cerpen Noerjoso

Sebarkan artikel ini

Sapuan kosmetik yang membuat paras Ken semakin cantik telah ambyar oleh leleran air mata.  Entah mengapa malam ini Ken seperti tak ingin tampil di panggung tobong yang selama ini telah membesarkannya.  Padahal biasanya ia sangat antusias sekali setiap kali manggung.  Bahkan menurut Ken, dengan tampil di panggung tobong membuatnya bahagia.

“Sekali ini saja Ken!  Setelah itu terserah Kamu,” bujuk Lanjar kembali sembari mendekati Ken dan menepuk pundak Ken dengan lembut. 

Lelaki pimpinan Tobong dang dut itu sebenarnya sudah tak sabar dengan tingkah Ken yang tiba-tiba ngambek.  Sementara itu di panggung tobong lagu berjudul selamat malam milik Evie Tamala dan Kuda Lumping sudah meluncur dari mulut Leni untuk meredam histeris penonton yang menginginkan kehadiran Ken.  Mungkin saking jengkelnya penonton, tak ayal lagi tubuh Leni terkena lemparan air mineral yang dilemparkan oleh penonton. 

Bahkan aksi goyangan Leni seperti tak mampu menghipnotis penonton tapi justru membuat penonton semakin beringas.  Di luar tobong, suara manusia yang menyesaki pasar malam di sebuah lapangankecamatan itu terdengar timbul tenggelam saling tumpang tindih dengan suara pengeras suara dari masing-masing stand permainan.  Beberapa stand judi berkedok ketangkasan terlihat paling ramai dikunjungi.  Mencari peruntungan!  Toh pakai uang sendiri, mengapa dilarang? 

“Cepatlah sedikit Ken!  Mereka menunggumu!” ujar Leni tiba-tiba sambil menarik Ken dari tempat duduknya. 

“Sekali ini saja Ken!  Setelah malam ini terserah Kamu!” sambung Leni sekali lagi sambil memeluk Ken penuh harap.

“Malam ini adalah pentas terakhir kita di sini,” sambung Lanjar kembali dengan nada bicaranya yang terdengar sangat cemas.

“Baiklah!” jawab Ken setelah sesenggukan untuk beberapa lama di dalam pelukan Leni.  Sejurus kemudian telah terlihat Ken merapikan kembali sapuan bedaknya dan merapikan kostumnya.

“Terimakasih Adikku!” jawab Leni penuh kelegaan.  Bagi Leni, Ken sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.  Meski kehadiran Ken telah menggusurnya sebagai bintang tobong, tetapi ia tidak merasa sakit hati.  Perempuan yang sepanjang hidupnya hinggap dari satu pasar malam ke pasar malam yang lain itu tak sedikitpun memusuhi Ken yang kini menjadi primadona tobong.

Entah pesona apa yang dimiliki oleh Ken.  Ketika melihat Ken telah muncul di atas panggung tobong, penonton seperti terhipnotis.  Tak sepatahkatapun terdengar.  Ken tak perlu tampil panas seronok untuk menjadi primadona tobong.