Berbeda dengan 2 kawannya yang lain. Malam itu pendek kata penonton benar-benar larut dalam setiap lagu yang dibawakan oleh Ken. Jika Ken membawakan lagu yang sedih, penontonpun seperti terbawa oleh keharuan.
Begitu pula sebaliknya ketika Ken membawakan lagu yang gembira, penonton yang sebelumnya terharu tiba-tiba sudah berjingkrak-jingkrak kegirangan. Lupa bahwa sedetik yang lalu mereka barusan bersedih. Saking menghayatinya, di akhir pertunjukan terlihat seorang lelaki yang sudah tak dapat dikatakan muda lagi memaksa naik ke panggung tobong membawa sekuntum bungan dan diberikan kepada Ken. Tak banyak kalimat yang diucapkan oleh lelaki tersebut kecuali hanya empat buah kata saja, yaitu : “Berikan aku cintamu Ken!”
Belum habis mata penonton yang terkesima oleh lelaki yang nekat tersebut, Kenjustru menyambutnya dengan potongan lagu
“Sekuntum mawar merah, yang kau berikan kepadaku,….” Spontan penonton yang sebelumnya terkesiap langsung bertepuk tangan meriah dan menyahut lagu yang telah diawali oleh Ken tersebut.
Begitu pula dengan para pemain musik pengiring, Sam si pemegang gitar melodi itu seperti tak ingin kehilangan kesempatan. Disambarnya kembali gitarnya dan segera mengiringi penonton. Tobong dang dut yang semula hampir senyap itu mendadak meriah kembali gara-gara si lelaki pembawa bunga tersebut.
Ucapan lelaki yang nekat naik ke panggung itu adalah salah satu dari ribuan sambutan penonton yang membuat Ken merasa tidak kesepian di puncak keprimadonaannya. Namun begitu ucapan semacam itu seperti sebuah patahan yang menyadarkan Ken bahwa ia hidup dalam ilusi. Itulah mengapa Ken berniat mengakhiri sebagai primadona tobong.
Ia ingin hidup normal bersama orang yang mencintainya secara tulus bukan karena citra yang dimilikinya di panggung tobong. Dan lelaki beruntung itu adalah Sukidi. Lelaki asal Pacitan itu tiba-tiba saja membuat hati Ken berbunga-bunga. Ken masih ingat betapa seumur hidupnya baru kali itu ia merasakan getaran aneh ketika secara tak sengaja tangannya menyentuh jemari Sukidi.
Sukidi lelaki pedagang angkringan di seberang tobong itu benar-benar telah membuat Ken panas demam. Ken tahu dari sorot matanya bahwa Sukidi juga jatuh cinta padanya. Tapi lelaki itu tidak meletup-letup.
Ia tidak norak dan urakan untuk mengungkapkan cintanya. Lelaki itu tidak menganggap Ken primadona tobong yang bisa dibeli. Meski ia tahu Ken bisa dibeli. Sukidi ingin menawarkan dunia lain kepada Ken. Ia ingin mengajak Ken pulang ke kampungnya di pesisir selatan yang sunyi dan gersang itu.