Scroll untuk baca artikel
Analisis Awalil Rizky

Produksi Ternak yang Tidak Menggembirakan

Redaksi
×

Produksi Ternak yang Tidak Menggembirakan

Sebarkan artikel ini

Oleh: Awalil Rizky, Ekonom Bright Institute

PRODUKSI ternak merupakan hal penting dari upaya memenuhi kecukupan pangan rakyat Indonesia. Terlebih ketika produk tanaman pangan masih rendah dan cenderung turun seperti saat ini. Namun, produksi ternak pun ternyata masih tidak menggembirakan, mengalami stagnasi selama beberapa tahun terakhir.    

Dalam hal nilai produksinya, subsektor Peternakan merupakan bagian dari sektor Pertanian dalam struktur PDB. Nilai Peternakan dalam PDB menurut harga berlaku pada tahun 2021 sebesar Rp268,17 Triliun. Porsinya dalam sektor pertanian mencapai 11,9%, sedangkan dalam PDB hanya sebesar 1,58%.

Rata-rata pertumbuhannya selama tahun 2011-2021 sebesar 4,07% per tahun, memang lebih tinggi dari sektor pertanian yang sebesar 3,56%. Namun masih lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan ekonomi (PDB) yang sebesar 4,51%.

Produksi ternak terutama berupa daging, telur dan susu. Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian setiap tahun memberi laporan tentang produksinya yang dirinci dari beberapa jenis ternak utama di Indonesia.

Produksi daging berasal dari ternak besar (sapi, kerbau, dan kuda), ternak kecil (kambing, domba, dan babi), ternak unggas (ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, itik, dan itik manila), dan aneka ternak (kelinci dan puyuh). Produksi telur berasal dari ayam buras, ayam ras petelur, itik, itik manila, dan puyuh. Sedangkan produksi susu berasal dari sapi perah.

Produksi daging secara umum cenderung meningkat. Peningkatan produksi berlangsung perlahan pada tahun 2010-2017. Kenaikan produksi yang pesat terjadi pada tahun 2018. Sedikit kenaikan masih terjadi pada tahun 2019. Produksi kemudian mengalami penurunan pada tahun 2020 dan 2021.

Akan tetapi perlu diketahui bahwa data produksi daging mencakup pula daging hasil pemotongan hewan impor. Terutama dari sapi yang berasal dari impor. 

Produksi daging sapi berfluktuasi pada periode tahun 2000-2016, dengan kecenderungan meningkat. Produksi tertinggi terjadi pada tahun 2016, mencapai 518,48 ribu ton. Produksinya turun pada tahun 2017, kemudian sedikit meningkat pada tahun 2018 dan 2019, namun kembali turun signifikan pada tahun 2020. Produksi dapat meningkat menjadi 487,80 ribu ton pada tahun 2021, namun masih lebih rendah dari era tahun 2012-2019.

Produksi daging kambing dan domba berfluktuasi pada tahun 2000-2009, sempat mencapai 144,50 ribu ton pada tahun 2003. Menurun signifikan pada tahun 2009, yang kemudian cenderung stagnan hingga tahun 2016. Naik pada dua tahun berikutnya, hingga mencapai 152,43 ribu ton pada tahun 2018. Kembali menurun pada tiga tahun berikutnya, hingga sebesar 110,43 ribu ton pada tahun 2021, yang terdiri dari daging kambing (59,73 ribu ton) dan daging domba (50,70 ribu ton).

Produksi daging ayam ras pedaging cenderung terus meningkat selama tahun 2000-2019, sehingga mencapai puncaknya sebesar 3,50 juta ton pada tahun 2019. Produksinya menurun pada dua tahun berikutnya, dan hanya sebesar 3,19 juta ton pada tahun 2021. Bagaimanapun, produksi tahun 2021 ini masih menyumbang terbesar dalam total produksi daging, yakni sebesar 70,14%.

Produksi daging babi cenderung meningkat selama periode tahun 2000-2016. Dari sebesar 162,40 ribu ton pada tahun 2000 menjadi 339,61 ribu ton pada tahun 2016. Produksinya menurun pada tahun 2017 dan 2018, kemudian meningkat lagi pada tahun 2019 dan 2020. Kembali menurun pada tahun 2021, yang hanya sebesar 260,85 ribu ton.

Produksi telur secara umum dilaporkan terus meningkat. Peningkatan secara perlahan dialami pada tahun 2010-2017. Kenaikan yang signifikan terjadi pada tahun 2018. Kenaikan masih terjadi pada tahun 2019-2021, namun dengan laju yang lebih lambat.