Scroll untuk baca artikel
Terkini

Ringkas Cerita Rivalitas Bonek & Aremania

Redaksi
×

Ringkas Cerita Rivalitas Bonek & Aremania

Sebarkan artikel ini

Namun, awal kericuhan antara Bonek dengan Aremania baru meledak pada tahun 1992, dimana Arek Malang berbuat onar di Stasiun Surabaya Gubeng pasca kekalahan Arema Malang dengan Semen Padang pada pertandingan semifinal Galatama.

Kejadian tersebut menyulut amarah Bonek sehingga mereka melakukan tindakan balasan dengan cara mencegat dan menyerang rombongan Aremania saat melakukan lawatan ke Gresik pada tahun 1993. Konflik ini terus berlanjut hingga 1996 saat pertandingan antara Persebaya melawan Arema di Stadion Tambaksari, untungnya tidak ada bentrok secara fisik melainkan hanya adu mulut antar suporter satu sama lain.

Tinta Damai

Kabar baiknya, rivalitas antara Bonek dan Aremania sempat mereda, ditandai dengan kesepakatan damai antara keduanya. Dikutip dari media lokal Halo Malang, pada kesepakatan itu disebutkan Bonek atau Aremania tidak diperkenankan hadir di kandang lawan ketika terjadi laga Persebaya dan Arema.

Nota kesepakatan damai itupun ditandatangani pada tahun 1999, dan berlanjut hingga sekarang kedua suporter ini tidak hadir secara tandang untuk mendukung klub kesayangan mereka.

Kesepakatan damai memang terlaksana, namun kedua suporter ini tetap memendam konflik tersebut. Hingga akhirnya, pada Mei 2001, dalam laga antara Sidoarjo melawan Arema di Sidoarjo, mengakhiri perdamaian antara Bonek dan Aremania.

Sidoarjo yang tidak begitu jauh dari Surabaya, tiba-tiba digeruduk oleh Bonek yang datang ke stadion tempat laga antara Sidoarjo dan Arema berlangsung.

Saat itu, Bonek yang ada di luar stadion melempari batu ke tribun yang diduduki oleh Aremania. Tak pelak, para Aremania meminta kepada para panitia pelaksana untuk mengamankan bagian luar stadion.

Namun, tak juga mandek, lemparan batu terus menghujam tribun Aremania sehingga kondisi pun semakin kacau. Para Aremania yang tersulut aksi konfrontatif dari Bonek itu langsung turun ke lapangan, sementara di luar stadion malah terjadi bentrokan antara Bonek dengan aparat. Seterusnya kemudian perseteruan antara Aremania dan Bonek terus memanas sampai sekarang.

Alhasil, kericuhan antara Aremania dan Bonek sejatinya adalah satu dari sederet banyaknya konflik antarsuporter yang masih marak terjadi di dunia sepak bola tanah air.

Untuk itu, persoalan kericuhan suporter yang tak kunjung rampung ini tentunya menuntut keseriusan pihak penyelenggara untuk segera memperbaiki dan meminimalisir konflik tersebut.

Lagi-lagi, jangan karena sepakbola banyak nyawa manusia menghilang. Sebagaimana ungkapan bijak, ‘rivalitas hanya ada di atas lapangan, sportivitas terus dijunjung di mana saja”. [dmr]