Scroll untuk baca artikel
Blog

Riuh Rendah Pergerakan Relawan Turun Tangan

Redaksi
×

Riuh Rendah Pergerakan Relawan Turun Tangan

Sebarkan artikel ini

Barangkali untuk saat-saat sekarang, faktor visi dan konten gerakan lebih menonjol dibanding latar belakangnya yang boleh dibilang sudah obsolet. Apalagi sering latar belakang tidak sepenting sebagaimana diperlakukan dalam semua hal. Latar itu bisa dibuat untuk suatu keperluan, dan selain itu yang menentukan sebuah gerakan bukanlah latar belakangnya, tetapi aktualisasi yang membentuk dan mewarnai gerakan tersebut.

Muhammad Ridho Rahman, salah satu relawan Turun Tangan, mengatakan bahwa ia bergabung karena selain sebagai wadah pembelajaran, eksperimen, dan berjejaring, ia menyebut Turun Tangan bersifat project based community sehingga tiap relawan memiliki pilihan untuk memutuskan kegiatan yang akan dilakukan.

Campaign, event, atau project jadi fleksibel. Semuanya ada di bawah pemberdayaan dari Turun Tangan Pusat yang menyediakan pengayaan softskill, pembukaan jejaring, serta problem solving partner gerakan di level daerah. Sehingga setiap kegiatan dan kumpul-kumpul selalu berkesan,” tutur laki-laki lulusan Universitas Indonesia itu kepada Barisanco.

Ridho telah bergabung di Turun Tangan sejak 2014. Ia menyampaikan jika ia berharap Turun Tangan dapat tetap relevan sesuai tantangan zaman serta mencetak generasi terbaik dalam perjalanan yang dinamis.

Berbeda dengan Ridho, Muhammad Islah Satrio begitu tertarik dengan edukasi politik. Itulah alasan yang membuat dirinya memutuskan untuk mendaftar ke Kelas Negarawan Muda. Saat itu, mahasiswa UNJ tersebut tidak mengetahui jika kelas yang diikutinya merupakan project di bawah Turun Tangan.

Laki-laki yang akrab disapa Islah itu bahkan tak tahu menahu tentang Turun Tangan. Tetapi karena merasa bahwa kelas edukasi politik yang diikutinya itu cukup ideal baginya, Islah membiarkan dirinya ‘tersesat’ masuk ke gerakan ini.

Seiring waktu Islah begitu menikmati nuansa gerakan ini. Pada gilirannya, ia terpilih menjadi koordinator periode 2020/2021.

Islah, yang oleh rekan-rekan relawannya dikenal memiliki komitmen tinggi itu membagikan pengalaman yang ia dapatkan selama bergabung di Turun Tangan sejak tahun 2018.

“Pas awal-awal jadi koordinator sedang merancang rapat kerja, tapi tiba-tiba corona. Jadi semua rencana offline yang telah dirancang, dibatalkan. Nah, pas kegiatan pertama TTJ bagi-bagi pouch health kit yang kerja sama dengan Kitabisa itu engagement-nya gila-gilan karena respons cepat hanya selisih beberapa hari setelah corona muncul dan organisasi lain kebanyakan masih beradapatasi dengan situasi,” kata Islah kepada Barisanco.