Sosok

Rofandi Hartanto, Terpacu Cerita Guru Bahasa Indonesia

Anatasia Wahyudi
×

Rofandi Hartanto, Terpacu Cerita Guru Bahasa Indonesia

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Hidup tak selalu berjalan mulus. Kesulitan acap kali datang silih berganti. Begitu pun dengan Dr. Ir. Rofandi Hartanto, MP yang menjabat sebagai Lektor Kepala Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta.

Pria kelahiran Wonogiri tersebut memiliki cita-cita amat sederhana, kelak kala dewasa mendapatkan pekerjaan yang bagus. Bukan tanpa sebab, ia melihat pekerjaan ‘Pak De’nya sebagai kepala sekolah di sebuah Sekolah Dasar, elok dipandang. Kemudian, membuatnya terpacu untuk membuka usaha kala SMP.

Kemudian, salah satu guru yang mengajar Bahasa Indonesia di sekolahnya menceritakan tentang kuliah di Universitas Gajah Mada (UGM). Rofandi pun semakin giat belajar agar dapat diterima di salah satu Universitas ternama di Indonesia itu.

“Waktu itu masih bisa memilih banyak PT, dan semua yang saya masuki diterima. UGM yang saya pilih. Jadi, cita-cita masa kecil bisa dikatakan ingin terus belajar saja, belum ada preferensi pekerjaan yang masuk di pikiran,” selorohnya seraya tertawa.

Mahasiswa terkadang kebingungan kala memilih jurusan yang akan dipilihnya. Namun, Rofandi konsisten dari strata satu hingga strata tiga, ia memilih jurusan mekanisasi pertanian di UGM. Banyak faktor sebenarnya hingga ia memutuskan untuk memilih jurusan mekanisasi pertanian.

Pertama, permintaan ortu agar memilih jurusan yang praktis. Jika sewaktu-waktu, uang kuliah dihentikan, saya bisa melanjutkan sendiri. Begitu pesan almarhum ayahku. Simpel. Kedua, pilihan sendiri. Mekanisasi pertanian? Namanya kok keren ya? Sejujurnya, minat pertanian sudah lama tumbuh, ada embel-embel mekanisasi entah apa materi kuliahnya, belum terpikir saat itu. Ketiga, ternyata dalam perjalanannya merasa cocok. Meskipun sulit, ya sudah dijalani sampai akhir,” tutur Rofandi sambil mengenang masa lalunya.

Masa Kuliah Hingga Akhirnya Menjadi Dosen

Masa muda memang masa yang penuh kejutan dan tantangan. Semua ingin dilakukan termasuk bagi Rofandi. Awal kuliah, ia cukup disegani oleh kawan-kawannya seangkatan karena sifatnya yang rajin. Sayangnya, itu hanya sementara. Pada semester kedua, nilanya turun. Semester ketiga, jeblok. Pada akhirnya, nilainya kembali naik di semester keempat. Rofandi mengatakan bahwa Pembimbing Akademik (PA)-nya cukup baik. Pembimbingnya cukup perhatian, saat nilai akademik Rofandi turun sang pembimbing pun memberinya wejangan.

Ada perbedaan jaman kuliah dulu dan sekarang. Jaman dulu, kehadiran tidak menjadi pertimbangan dalam pemberian nilai. Akan tetapi, sekarang, absen dibatasi dengan batas maksimum yang ditentukan oleh para dosen yang mengajar.

“Jaman kuliah dulu absen itu tidak seketat sekarang. Mau UTS dan UAS, tidak ada pertimbangan jumlah kehadiran. Jadi tidak perlu titip absen jika membolos, kecuali beberapa dosen saja. Nah urusan membolos itu seperti bagian dari hobi. Sering banget bolos. Kalau pelajarannya nggak menarik ya tidak berangkat,” kata Rofandi dengan tersipu.

Rofandi menceritakan terdapat hal menarik yang ia lakukan saat banyak bolos. Ia menemui dosen pengampu mata kuliah Teknik Pengolahan Hasil Pertanian dengan menyampaikan permintaan maaf karena tidak bisa mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) dikarenakan sedang mengikuti Konferensi Cabang HMI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *