Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Saat Dialog & ‘Musu Asselenggeng’ Memainkan Peran Pengislaman di Sulawesi Selatan

Redaksi
×

Saat Dialog & ‘Musu Asselenggeng’ Memainkan Peran Pengislaman di Sulawesi Selatan

Sebarkan artikel ini

Satu tahun berselang tepatnya pada 1609 Masehi, Gowa melanjutkan serangan ke Kerajaan Soppeng, salah satu pilar utama tellung pocco’e.

Serangan itu juga berhasil. Raja Soppeng menganut Islam pada tahun itu juga. Tidak lama berselang pilar tellung pocco’e lainnya yakni Kerajaan Wajo juga memilih menerima Islam, hal ini ditandai dengan masuk islamnya Arung Matowa Wajo, La Sangkuru Mulajaji, yang kemudian memiliki nama islam Sultan Abdurrahman—peristiwa bersejarah ini terjadi pada tahun 1610 Masehi, Sultan abdurrhman kemudian mengajak rakyatnya memeluk islam.

Setelah dua sekutunya takluk, kini Kerajaan Bone terpaksa berdiri sendiri berhadapan dengan Kerajaan Gowa. Pada posisi ini sebenarnya kekuatan Bone sudah menurun karena kehilangan dua sekutu utama, akan tetapi di mata Gowa, Bone merupakan kekuatan terbesar dalam aliansi tellung pocco’e yang kini harus dihadapi secara langsung.

Terlepas dari hal itu, dalam kondisi ini posisi Gowa sebenarnya lebih diuntungkan, dengan ketiadaan Wajo dan Soppeng sebagai aliansi lama, maka Gowa akan jauh lebih mudah menaklukkan Bone dalam rangka penaklukan untuk pengislaman.

Tetapi Sultan Alauddin sebagai Raja Gowa tidak serta merta menempuh cara itu, ia kembali mengutamakan pendekatan damai lewat dialog kekeluargaan dengan Raja Bone saat itu, La Tenriruwa. Sekali lagi Bone diajak secara baik-baik untuk menerima Islam.

Awalnya ajakan ini disambut baik oleh Raja Bone, namun sambutan baik Raja Bone justru mendapat penentangan dari Ade’ Pitue (lembaga pembantu utama Kerajaan Bone yang bertugas mengawasi dan membantu raja). Malang bagi Raja Bone karena rakyatnya sendiri justru lebih mendukung ade’ pitue yang berujung pada diturunkannya Raja Bone dari tahtanya.

La Tenripale kemudian naik tahta sebagai Raja Bone selanjutnya setelah diangkat oleh ade’ pitue. Penurunan La Tenriruwa dari tahtanya oleh ade’ pitue dianggap Gowa sebagai penentangan dan penolakan untuk menerima Islam.

Kerajaan Gowa lalu melancarkan ekspansi ke Kerajaan Bone dengan sasaran utama mengalahkan La Tenripale sekaligus mengislamkannya. Ekspansi ini menemui hasil yang gemilang, pada tahun 1611 Masehi La Tenripale sebagai Raja Bone berhasil diislamkan.

Setelah Bone menerima Islam, maka bisa dikatakan seluruh wilayah Sulawesi Selatan telah berada di bawah pengaruh kekuatan islam kecuali sebagian kecil daerah tertentu seperti Toraja. Secara umum proses pengislaman di Sulawesi Selatan berlangsung singkat, tepatnya dari 1605-1612.

Semoga anda telah terlebih dahulu mempersiapkan secangkir kopi sebelum membaca tulisan ini, walaupun saya mengingatkan anda justru di bagian akhir tulisan, ya tak mengapalah, sebab ngopi membuat pikiran anda jernih, katanya … Salam. []