Scroll untuk baca artikel
Blog

Saat Pemerintah Dorong Nongkrong di Warung Kopi Agar Tak Resesi, Tak Ada Salahnya Kita Belajar Dari Monyet

Redaksi
×

Saat Pemerintah Dorong Nongkrong di Warung Kopi Agar Tak Resesi, Tak Ada Salahnya Kita Belajar Dari Monyet

Sebarkan artikel ini

Dengan sedikit pelatihan, monyet-monyet itu berbelanja dengan peneliti yang menjual makanan lebih murah. Jadi jika monyet-monyet mendapat dua kali lipat makanan dengan satu koin, mereka akan berbelanja ke peneliti itu lebih sering.

Para monyet juga menunjukkan perilaku mirip manusia, seperti oportunistis. Mereka mencoba mengambil koin yang tergeletak begitu saja tanpa diperhatikan peneliti. Ini menunjukkan para monyet menganggap koin sebagai barang berharga.

Soal Resiko dalam setiap investasi, sikap monyet untuk mengambil risiko yang mungkin memberikan pelajaran paling menarik bagi manusia.

Para peneliti mengenalkan elemen pilihan ke dalam eksperimen sehingga monyet-monyet bisa bertransaksi dengan satu atau dua manusia.

Seorang peneliti akan memberikan mereka dua bongkah makanan (dalam hal ini anggur) setiap seekor monyet menukar koinnya. Pilihan ini tanpa risiko, opsi yang aman.

Namun hasilnya berbeda ketika peneliti menyajikan tiga buah anggur kepada para monyet. Peneliti pertama menghilangkan satu, meninggalkan monyet dengan dua buah anggur, sementara penjual lainnya mengulang taruhan yang bisa berakhir dengan ketiga buah anggur, atau hanya satu. Meskipun hasil tesnya sama, monyet lebih suka vendor yang berisiko dalam kasus ini.

Tampaknya beberapa primata lebih berani mempertaruhkan segalanya jika mereka mulai dengan lebih banyak lagi, yang dapat menjelaskan mengapa orang sangat rentan terhadap “sunk cost fallacy”.

Seperti manusia, monyet juga menghindari risiko jika mereka mulai dengan dana kecil dan bertaruh pada kemungkinan meningkatkan jumlah dana ter sebut. Sebaliknya, mereka lebih terbuka terhadap risiko jika mereka mulai dengan dana besar dan harus bertaruh pada kemungkinan kerugian dengan jumlah tersebut.

Salah seorang peneliti yang terlibat dalam penelitian itu Laurie Santos, mengatakan, bahwa kadang kala masuk akal menemukan cara-cara cerdik untuk mendesak orang bersikap berlawanan dengan insting menghancurkan yang dimiliki manusia.

Salah satu contohnya, menabung. “Banyak orang ingin menabung, tapi mengambil uang dari gaji dan menaruhnya di rekening tabungan bisa terasa seperti kehilangan,” ujarnya. []