Scroll untuk baca artikel
Blog

Saatnya Penguasa Menggeluti Budaya dan Sastra

Redaksi
×

Saatnya Penguasa Menggeluti Budaya dan Sastra

Sebarkan artikel ini

Bila pejabat dan elite banyak membaca karya sastra dan menggeluti seni memang tidak akan langsung menyelesaikan masalah. Paling tidak akan menekan masalah.

Sungguh rindu di Indonesia ketika anggota DPR berdebat atau presiden berpidato merujuk pada buku-buku karya budayawan dan karya-karya sastra. Ketika mempersoalkan tentang sumber daya manusia Indonesia misalnya merujuk pada pidato kebudayaan Mochtar Lubis di TIM pada tahun 1977 yang bertajuk ‘Manusia Indonesia’.

Para elite negeri ini justru harus malu dengan Perdana Menteri Malaysia yang justru banyak terinspirasi oleh budayawan, sastrawan dan pemikir Indonesia seperti Hamka, Sutan Takdir Alisjahbana, M. Natsir, Mochtar Lubis, Taufiq Ismail dan Soedjatmoko.

Semoga pergelaran Wayang Orang Pandawa Boyong bisa menginspirasi para elite di negeri ini tidak hanya peduli dengan sastra dan seni tetapi juga dapat mempraktikkan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam kebijakannya.

Kendati harapan dari pementasan ini masih terkesan sebagai jargon.

“Pandawa Boyong bercerita tentang perjuangan Pandawa yang merupakan lambang kehidupan. Lakon ini mengajak penonton untuk lebih memahami, menghayati, dan mengamalkan semangat serta nilai-nilai Pancasila yang diwakili oleh masing-masing sosok Pandawa Lima.”

Itulah kata Panglima TNI. [rif]